JAYAPURA, beritapalu.ID | Masyarakat Adat Sentani menggelar Festival Sagu kedua di Desa Babrongko, Kabupaten Jayapura, Selasa (18/11/2025) untuk menampilkan inovasi pengolahan sagu dan produk turunannya. Festival ini mendapat dukungan Kementerian Pertanian Indonesia, Kedutaan Besar Selandia Baru melalui Head of Embassy Fund (HEF), dan FAO.
Festival menampilkan demonstrasi pengolahan sagu menggunakan mesin di rumah produksi sagu berskala kecil yang telah dibangun di Desa Adat Babrongko. Dengan mesin tersebut, masyarakat dapat mengolah sagu menjadi pati dalam waktu dua jam per batang, dibandingkan dua hari secara manual, dengan peningkatan hasil panen hingga 150 persen.
Festival dibuka dengan serah terima unit pengolahan sagu dari Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia Phillip Taula dan Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste Rajendra Aryal kepada Bupati Jayapura Yunus Wonda dan tokoh adat Yo Ondofolo Babrongko Ramses Wally.
“Kami menamakan fasilitas ini Holei Nyarei, yang berarti memberi kehidupan kepada masyarakat. Dengan fasilitas ini, kami dapat memproduksi hingga 20 karung tepung sagu, lebih banyak daripada enam karung dengan pengolahan manual,” kata Ramses Wally.
Ramses menambahkan, dengan hasil tersebut, penduduk setempat dapat meningkatkan pendapatan mereka, membayar biaya sekolah anak-anak, serta biaya pengobatan.
Kepala Divisi Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian RI, Elvyrisma Nainggolan, mengatakan Kementerian Pertanian terus mendukung peningkatan nilai tambah bagi petani.
“Inisiatif Babrongko menunjukkan bahwa pemberdayaan Masyarakat Adat melalui teknologi dan pelatihan yang tepat dapat meningkatkan taraf hidup petani sekaligus memperkuat ketahanan pangan,” katanya.
Festival juga mempromosikan beragam produk berbasis sagu, mulai dari papeda hingga produk bernilai tambah seperti mi, beras analog, kue, dan es krim. Produk tersebut diproduksi para perempuan adat setelah mengikuti pelatihan diversifikasi dan pemasaran produk yang diselenggarakan FAO dan organisasi lokal Analisis Papua Strategis – Pusat Studi Pembangunan dan Global (APS CDGS).
Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal, mengatakan inovasi hilirisasi sagu di Sentani menawarkan peluang baru bagi Masyarakat Adat untuk meningkatkan produksi, nutrisi, dan mata pencaharian tanpa mengabaikan pengetahuan dan nilai-nilai tradisional.
“Model pendekatan dari bawah ke atas dalam bekerja dengan Masyarakat Adat ini diharapkan dapat menginspirasi komunitas lain di seluruh Indonesia,” kata Rajendra.
Festival ini merupakan yang kedua setelah Festival Sagu yang diselenggarakan Masyarakat Adat Yoboi pada Mei 2025. Di Yoboi, Masyarakat Adat juga memiliki unit pengolahan sagu skala kecil serupa.
pojokPALU
pojokSIGI
pojokPOSO
pojokDONGGALA
pojokSULTENG
bisnisSULTENG
bmzIMAGES
rindang.ID
Akurat dan Terpecaya