Khutbah Toleransi dari Palu Bergema: Merajut Harmoni di Hari Raya Kurban

PALU, beritapalu | Di tengah ribuan jamaah yang memadati Lapangan Vatulemo pada Jumat pagi, 6 Juni 2025, bukan hanya lantunan takbir yang membahana, melainkan juga pesan mendalam tentang toleransi, solidaritas, dan persaudaraan yang disampaikan dengan penuh kearifan oleh Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah, Prof. Zainal Abidin.
Dalam khutbah Idul Adha 1446 Hijriah yang khidmat, ia mengingatkan bahwa perbedaan bukanlah jurang pemisah, melainkan aset berharga dalam membangun harmonisasi sesama anak bangsa.
Ribuan pasang mata dan telinga tertuju pada sosok Prof. Zainal Abidin. Di momen hari raya kurban yang sarat makna, ia mengajak umat Islam untuk tidak hanya meninggikan jiwa sosial melalui ibadah penyembelihan hewan, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebuah ajakan untuk merangkul keberagaman dengan akhlak mulia dan kerendahan hati.
“Tidak perlu menjadi benar dengan menyalahkan orang lain, tidak perlu menjadi baik dengan menjelekkan orang lain, tidak perlu menjadi tinggi dengan merendahkan orang lain. Tapi jadilah pribadi yang santun di manapun berada,” demikian petuah bijak yang dilontarkan Prof. Zainal, yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu.
Kata-kata ini bagai oase di tengah potensi perpecahan, mengingatkan bahwa kebenaran dan kebaikan sejati tidak perlu dibangun di atas fondasi penghakiman terhadap sesama.
Lebih lanjut, Guru Besar yang dikenal dengan keluasan ilmunya ini mengingatkan bahaya laten dari sikap merasa diri paling benar, paling baik, atau paling pintar. Baginya, bibit kesombongan dan kebodohan justru bersemi dari keyakinan absolut atas diri sendiri tanpa ruang untuk perspektif lain.
“Penting menjadi orang baik, tetapi merasa diri paling baik adalah suatu kesombongan. Penting menjadi orang pintar, tetapi merasa diri paling pintar adalah suatu kebodohan. Penting menjadi orang benar, tetapi merasa diri paling benar adalah malapetaka,” tegasnya, menggugah kesadaran akan pentingnya introspeksi dan keterbukaan.
Di tengah khidmatnya ibadah, Prof. Zainal juga mengajak seluruh umat Islam yang hadir, dan secara luas seluruh bangsa Indonesia, untuk bersama-sama memanjatkan doa. Doa agar negeri ini senantiasa diliputi keamanan, kedamaian, dan persatuan yang kokoh demi mencapai kejayaan yang dicita-citakan. Tak lupa, ia juga menyerukan doa bagi para jemaah haji Indonesia yang tengah menunaikan ibadah di Tanah Suci, agar ibadah mereka diterima Allah SWT, meraih predikat haji mabrur, dan kembali ke tanah air dengan selamat.
“Mari jadikan momentum Idul Adha untuk meningkatkan iman dan ketakwaan umat kepada Allah SWT. Mari kita kuatkan silaturahmi yang kuat untuk menjaga persatuan dan kesatuan,” ajaknya dengan suara penuh harap. Di hari yang suci ini, pesan tentang mempererat tali persaudaraan dan menjaga keutuhan bangsa menjadi resonansi yang kuat, mengingatkan akan pentingnya harmoni dalam keberagaman, sebuah nilai luhur yang sangat relevan di tengah dinamika kehidupan berbangsa.
Shalat Id di Lapangan Vatulemo pagi itu dipimpin oleh Imam Sharaf Ali Othman Mutyr, seorang tokoh agama dari Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Insan Cita Indonesia. Selain ribuan jamaah, turut hadir Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kardi Karding, Wali Kota Palu Hadianto Rasyid, serta sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Palu. (bmz)