Di balik barisan ikan segar yang tertata rapi di meja biru pasar, ada cerita ekonomi yang lebih dalam. Oktober 2025 mencatat inflasi tertinggi di Sulawesi Tengah, mencapai 3,92 persen, dan ikan cakalang menjadi salah satu penyumbang utama lonjakan harga, terutama di Kabupaten Tolitoli.
Cakalang, yang selama ini menjadi andalan dapur dan nelayan lokal, kini memicu gejolak harga. Kenaikan harga komoditas ini berdampak langsung pada daya beli masyarakat, tak hanya di perkotaan tapi juga terutama di wilayah pesisir yang menggantungkan konsumsi pada hasil laut segar.
Menurut data Badan Pusat Statistik, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi terbesar, dengan cakalang sebagai komoditas yang paling berpengaruh. Di Tolitoli, lonjakan harga cakalang bahkan melampaui komoditas lain seperti beras dan cabai.
Di balik angka-angka itu, ada wajah-wajah pekerja pasar, nelayan, dan pedagang yang terus beradaptasi. Visual ini tidak sekadar menangkap momen ketika seorang penjual menata ikan cakalang dengan presisi — bukan hanya soal estetika, tapi juga strategi bertahan di tengah fluktuasi harga.
Narasi ini bukan sekadar statistik. Ini tentang bagaimana ikan bisa menggoyang stabilitas ekonomi lokal. Dan bagaimana masyarakat Sulawesi Tengah, dari pasar hingga laut, terus bergerak di tengah tantangan.
Inflasi bukan hanya soal angka. Ia hidup di pasar, di laut, di meja makan. Dan hari ini, tuna dan cakalang menunjukkan dualitas persekutuannya, bahwa komoditas lokal bisa mengguncang makroekonomi.
View this post on Instagram
pojokPALU
pojokSIGI
pojokPOSO
pojokDONGGALA
pojokSULTENG
bisnisSULTENG
bmzIMAGES
rindang.ID
Akurat dan Terpecaya