JAKARTA, beritapalu.ID | Institute for Essential Services Reform (IESR) bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan menyelenggarakan Indonesia Solar Summit (ISS) 2025 pada 11 September 2025. Forum ini menargetkan percepatan integrasi energi surya sebagai pilar utama transisi energi berkelanjutan di Indonesia.
Penyelenggaraan summit ini didorong oleh rencana pemerintah yang menempatkan energi surya sebagai strategi penting penurunan emisi dan pemenuhan kebutuhan energi nasional. Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN 2025-2034, kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ditargetkan mencapai 17,1 GW.
Presiden Prabowo Subianto juga telah meluncurkan program 100 GW PLTS yang dikembangkan secara tersebar di desa-desa sebagai bagian dari strategi energi nasional.
Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR Marlistya Citraningrum menyatakan pemanfaatan PLTS di Indonesia berkembang dengan pola berbeda pada setiap skala, mulai dari elektrifikasi desa, kebutuhan industri, hingga pembangkit skala utilitas.
“Energi surya adalah kunci transisi energi bersih. Dengan potensi lebih dari 7 TW, Indonesia punya peluang besar untuk melompat ke masa depan yang lebih hijau. Momentum ini jangan hanya dimanfaatkan industri besar; PLTS harus hadir juga di sekolah, pesantren, UMKM, hingga rumah tangga,” kata Marlistya dalam Media Briefing ISS 2025, Selasa (2/9).
Hingga Mei 2025, kapasitas terpasang PLTS nasional berhasil melampaui 1.000 MW (1 GW). Program PLTS atap di tingkat provinsi seperti Jawa Tengah dan DKI Jakarta juga menunjukkan tren positif, dengan ratusan rumah tangga, UMKM, sekolah, dan pesantren mulai mengadopsinya.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna memaparkan pemerintah sedang menyusun regulasi untuk pengembangan energi terbarukan, termasuk rancangan revisi Perpres No.112/2022 dan Permen ESDM tentang PLTS Operasi Paralel.
Andriah mendorong partisipasi pemerintah daerah dengan menyelaraskan tata ruang wilayah, menjadi mediator pembebasan lahan, mengalokasikan APBD untuk proyek PLTS di bangunan pemerintah, dan memberikan insentif pengembangan energi terbarukan.
Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR Alvin Putra Sisdwinugraha menyebutkan dari total 916 MW kapasitas PLTS terpasang per akhir 2024, sebagian besar disumbang PLTS skala besar. Namun ada tren baru di mana PLTS terdistribusi seperti PLTS atap berkontribusi signifikan dengan penambahan kapasitas lebih dari 100 MW pada 2024.
“PLTS captive atau PLTS untuk sektor industri menjadi faktor yang meningkatkan daya saing industri Indonesia di pasar global. Wilayah usaha telah meningkat tiga kali lipat sejak 2017 sehingga menjadi peluang besar bagi pemasangan PLTS captive,” jelas Alvin.
Estimasi kapasitas produksi modul surya Indonesia mencapai 11,7 GWp per tahun dengan beberapa produsen Tier-1 telah berinvestasi di Indonesia. Namun harga modul lokal relatif lebih mahal 30-40 persen dibandingkan impor.
ISS 2025 edisi keempat ini bertajuk “Solarizing Indonesia: Powering Equity, Economy, and Climate Action” berfokus pada penguatan komitmen, kolaborasi lintas sektor, dan pembelajaran strategis untuk mempercepat integrasi energi surya berkelanjutan. (bmz/*)