PALU, beritapalu.ID | Rini menatap layar ponselnya di ruko kecilnya di Jalan Basuki Rahmat, Tatura, Palu. Sudah setengah jam dia memikirkan bagaimana caranya mempromosikan cokelat olahan kakao Sulawesi Tengah yang dia jual. Kata-katanya mentok, deskripsi produknya terdengar kaku, dan dia pun frustasi.
Lalu Rini ingat temannya yang pernah menyebut soal AI dan bisa membbantu bikin tulisan. Awalnya dia ragu—AI kan mahal, susah, perlu laptop. Tapi ternyata cukup dari ponsel. Dia pun mencoba mengetik deskripsi singkat tentang produknya, tekan enter, dan dalam hitungan detik muncul paragraf yang jauh lebih menarik dari yang dia bayangkan.
“Kalau dulu mikir kata-kata bisa sejam, sekarang tinggal tanya,” katanya sambil tersenyum kecil.
Cerita Rini bukanlah cerita tunggal. Di berbagai sudut Palu, dari warung kopi di Tatanga sampai toko kerajinan tangan di Donggala yang dijual di kota, orang-orang mulai memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk mempermudah pekerjaan mereka.
Yang menarik, mereka melakukannya lewat ponsel biasa, dengan paket data Telkomsel biasa. Tidak perlu laptop mahal. Tidak perlu langganan terpisah yang bikin pusing. Cukup beli paket bundling, langsung bisa akses AI canggih yang biasanya hanya tersedia buat profesional di kota besar.
Dari Bingung Promosi Sampai Tampil Profesional
Masalahnya selalu sama buat pelaku UMKM di Palu, yakni cari kata-kata buat promosi, cari ide desain, cari strategi pemasaran. Kebanyakan dari mereka bukan orang marketing. Mereka tukang masak, tukang jahit, pengrajin. Skill mereka ada di produk, bukan di promosi.
Ade, pemilik usaha desain kemasan di Besusu bercerita, dia dulu sering kebingungan kalau klien minta desain dengan gaya tertentu yang belum pernah dia buat. Sekarang dia pakai Perplexity—platform AI yang bisa diakses lewat bundling Telkomsel—untuk cari referensi tren warna dan gaya visual. Dia upload sketsa kasar, minta saran, dan dalam beberapa menit dapat masukan yang bisa langsung dia pakai.
“Saya kadang bingung harus mulai dari mana. Sekarang ide keluar lebih cepat,” katanya. “Saya tetap yang desain, tapi sekarang punya asisten yang bisa kasih masukan kapan saja,” tambahnya.
Di kawasan Siranindi, ada pedagang kuliner kecil yang mulai pakai AI untuk nyusun katalog menu. Foto produknya yang tadinya biasa saja, sekarang sudah ada deskripsi menarik yang buat orang penasaran. Dia juga minta AI memberi saran angle foto yang bagus, lalu dicobanya sendiri menggunakan ponsel. Hasilnya? Orderan naik.
“Dulu saya malu kasih harga ke teman-teman karena katalog saya jelek. Sekarang saya berani promosi lebih luas,” katanya.
AI tidak membuat mereka jadi desainer profesional atau copywriter andal. Tapi AI membantu mereka tampil lebih profesional—dan di dunia UMKM, first impression itu menjadi sangat penting.
Telkomsel si Mei 2025 lalu telah meluncurkan bundling pertama di Indonesia yang menggabungkan kuota internet dengan akses premium AI Perplexity. Dengan paket prabayar SIMPATI mulai dari Rp35.000, pengguna bisa akses AI selama tiga bulan. Pelanggan Halo bisa dapat akses hingga satu tahun. Murah, praktis, langsung bisa dipakai.
Yang ditawarkan bukan cuma pencarian biasa. Ada akses ke model AI canggih seperti GPT-4 Omni, Claude 3.5, Grok-2, sampai Gemini 2.0 Flash. Plus fitur unggah dokumen tanpa batas dan pembuatan gambar. Hal-hal yang dulu cuma tersedia buat pengguna profesional dengan langganan mahal, kini bisa diakses lewat paket data bulanan yang harganya terjangkau.
Jurnalis dan Kreator Konten Lebih Produktif
Afdhal bekerja sebagai jurnalis di media lokal Palu. Pekerjaannya banyak yang repetitif dan makan waktu; baca dokumen panjang, cari data dari berbagai sumber, rangkum informasi yang bertebaran. Dulu, jika sedang liputan topik yang butuh data statistik—misalnya soal populasi atau ekonomi Sulteng—dia harus buka puluhan tab browser, tunggu file PDF terbuka satu per satu, terus mencatatnya secara manual.
Sekarang? Afdhal cukup mengupload dokumen PDF ke Perplexity, tanya langsung. “Berapa populasi ternak sai di Kota Palu tahun 2023?” atau “Apa sektor ekonomi terbesar di Sulteng?” Jawabannya keluar dalam hitungan detik, lengkap dengan sumbernya.
“Kalau riset dulu butuh beberapa jam, sekarang paling setengah jam saja,” ujarnya. “Waktu yang tersisa saya pakai untuk interview dan turun ke lapangan, bukan ngabisin waktu di depan laptop.”
Para kreator konten di Palu juga mulai memanfatkan AI. Ada yang pakai buat tulis naskah video, ada yang minta AI bantu menentukan tone cerita yang pas buat audience mereka. Beberapa fotografer bahkan pakai AI buat brainstorming konsep pemotretan atau bikin moodboard sebelum sesi foto.
Uceng, salah seorang videografer wedding di Palu bercerita, dia sekarang pakai AI untuk bikin skrip narasi video pernikahan yang lebih personal. Dia memberikan detail tentang pengantin, cerita mereka, terus minta AI membantu merangkainya menjadi narasi yang menyentuh. Hasilnya? Klien lebih puas, dia dapat testimoni bagus, orderan makin banyak.
Bukan berarti pekerjaan jadi otomatis. Tapi pekerjaan teknis yang makan waktu jadi lebih cepat, sehingga mereka bisa fokus ke inti kreatif—hal yang memang mereka kuasai.
Mentor dan Asisten yang Tidak Pernah Capek
Di Kampus Universitas Tadulako (Untad), fenomena penggunaan AI mulai terasa. Mahasiswa teknik yang bingung dengan persamaan matematis rumit sekarang bisa meminta bantuan AI untuk menjelaskan step-by-step. Mahasiswa pertanian yang harus baca jurnal internasional berbahasa Inggris pakai AI buat menyusun ringkasan dalam bahasa Indonesia. Mahasiswa hukum memanfaatkan AI untuk merapikan argumen legal dan cari preseden kasus.
Budi, mahasiswa teknik informatika semester V mengaku, dia sekarang lebih percaya diri mengerjakan tugas programming. “Dulu kalau stuck di satu error bisa berjam-jam. Sekarang saya tanya ke AI, dia jelasin kenapa error ini muncul dan cara fix-nya gimana. Saya tetap yang ngoding, tapi prosesnya jauh lebih cepat.”
Di beberapa SMA di Palu Selatan, guru mulai pakai AI untuk bikin ringkasan materi atau menyiapkan contoh soal dengan lebih cepat. Ada guru yang pakai AI buat bikin kuis interaktif, ada yang minta AI bantu jelaskan konsep sulit pakai analogi sederhana yang mudah dipahami siswa.
Pak Haris, guru fisika di salah satu SMA mengaku, dia sekarang punya lebih banyak waktu buat interaksi sama murid. “Kalau dulu saya habis waktu bikin soal dan koreksi manual, sekarang sebagian bisa dibantu AI. Saya jadi punya lebih banyak waktu buat diskusi sama murid yang kesulitan.”
Sementara komunitas pemuda digital yang sering nongkrong di kafe sekitar Taman GOR Palu memakai AI buat keperluan coding dasar, desain pitch deck, sampai analisis data sederhana. Mereka lagi membangun startup kecil-kecilan, dan AI jadi tools yang membantu mereka bersaing dengan tim dari kota besar yang punya resource lebih banyak.
Telkomsel mengatakan, salah satu tujuan kolaborasi ini memang untuk perluas akses AI bagi pelajar dan talenta muda, supaya teknologi tidak cuma berhenti di kota besar. Dan di Palu, harapan itu mulai terlihat nyata.
Adopsi Multi Sektor
Penggunaan AI di Palu tidak berhenti di kalangan UMKM dan pelajar. Beberapa kantor pemerintah mulai memanfatkan AI untuk membaca dokumen panjang atau menyusun ringkasan rapat. Ada instansi yang memakai AI untuk membantu analisis data laporan, ada pula yang menggunakan buat draft pengumuman atau surat edaran dengan lebih cepat.
Klinik swasta juga mulai manfaatin AI. Salah satu klinik di Palu Barat bahkan memakai AI untuk mengemas informasi medis supaya mudah dipahami pasien. Misalnya menjelaskan prosedur medis dengan bahasa sederhana, atau bikin FAQ tentang penyakit tertentu yang sering ditanyakan pasien.
Konsultan bisnis lokal juga merambah AI untuk rancang strategi promosi atau analisis perilaku pelanggan. Mereka input data penjualan, lalu meminta AI membantu identifikasi pola dan memberi rekomendasi strategi marketing yang lebih efektif.
Dengan paket enterprise khusus seperti E+ AI dan Halo+ AI, bisnis lokal bisa akses AI premium secara legal dan terjangkau. Tanpa perlu investasi besar untuk infrastruktur IT, mereka bisa percepat keputusan berdasarkan data dan otomasi pekerjaan yang repetitif.
Koneksi yang Memungkinkan Semuanya
Semua cerita di atas tidaklah dapat terjadi tanpa satu hal, yakni koneksi internet yang stabil. Di Palu, jaringan Telkomsel menjangkau hampir semua pusat aktivitas, dari Talise sampai Palu Utara, dari kampus sampai pasar tradisional. Dengan latensi yang stabil dan pemerataan 4G, masyarakat bisa akses AI tanpa hambatan teknis yang bikin frustasi.
Ini penting, karena percuma punya akses ke AI canggih kalau jaringannya lemot atau sering putus. Bayangkan lagi butuh jawaban cepat, namun jaringan tiba-tiba drop di tengah-tengah. Frustrasi kan?
Telkomsel menekankan bahwa kolaborasi dengan Perplexity ini bukan sekadar kerja sama teknologi, tapi juga tanggung jawab untuk buka akses AI bagi semua lapisan masyarakat—UMKM, pelajar, pekerja kreatif, sektor pemerintahan, sampai pengguna sehari-hari.
Dan kota seperti Palu membutuhkan jembatan seperti ini. Karena teknologi sering kali hanya tersedia di Jakarta atau kota besar lainnya. Kota-kota kecil sering tertinggal, bukan karena masyarakatnya tidak butuh atau tidak mampu, tapi karena aksesnya memang tidak tersedia.
AI Tidak Mengambil Alih, Tapi Mendampingi
Menjelang malam, ketika lampu-lampu di sepanjang elevated road Teluk Palu menyala, banyak warga yang masih bekerja dari layar ponsel mereka. Ada yang menyusun laporan, ada yang mengoreksi draf tulisan, ada yang mengerjakan tugas kuliah, dan sebagian dari mereka sekarang dibantu AI.
AI hadir sebagai alat bantu yang bikin pekerjaan terasa lebih ringan. Tidak mengambil alih, tapi menambah kemampuan. Tidak menggantikan, tapi mendampingi. Seperti punya asisten yang selalu siap, tidak pernah capek, dan tidak pernah komplain.
Dari kios cokelat kecil milik Rini sampai ruang redaksi tempat Afdhal bekerja, dari ruang kelas di Untad sampai kafe tempat freelancer bekerja, AI mulai jadi bagian dari cerita keseharian Palu.
Kolaborasi Telkomsel dan Perplexity mungkin dimulai dari Jakarta, tapi dampaknya terasa nyata di kota ini—buka peluang baru, memotong jarak dengan kota besar, dan menguatkan kemampuan masyarakatnya.
Teknologi selalu terlihat besar dan menakutkan di awal. Tapi di Palu, teknologi itu sekarang punya wajah yang lebih dekat seperti wajah Rini yang jualan cokelat, Ade yang desain kemasan, Afdhal yang bekerja sebagai jurnalis, Budi yang lagi kuliah teknik, dan ratusan orang lain yang memakai AI untuk melangkah lebih jauh.
Dan mungkin, dari kota yang sedang bertumbuh ini, lahir talenta-talenta digital baru yang suatu hari nanti ikut membangun ekosistem AI Indonesia. Dimulai dari hal sederhana, akses yang terjangkau, koneksi yang stabil, dan kemauan untuk belajar hal baru. (bmz)
pojokPALU
pojokSIGI
pojokPOSO
pojokDONGGALA
pojokSULTENG
bisnisSULTENG
bmzIMAGES
rindang.ID
Akurat dan Terpecaya