Irfan Sukarna: Potensi Wisata Belum Diterjemahkan Jadi Nilai Ekonomi

PALU, beritapalu.ID | Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah menyoroti rendahnya kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian daerah meski pertumbuhan ekonomi Sulteng mencapai 8,69% pada triwulan I 2025, jauh di atas pertumbuhan nasional 4,87%.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah, Irfan Sukarna menyampaikan hal tersebut dalam Dialog dan Lokakarya “BERANI Harmoni Wujudkan Industri Pariwisata & Ekonomi Kreatif Sulawesi Tengah Berkelanjutan dan Inklusif” di Palu, Selasa (5/8/2025).

Ia menjelaskan industri pengolahan nikel menjadi motor pertumbuhan ekonomi Sulteng dengan pangsa sebesar 39,34%. Meski memberikan nilai tambah besar, multiplier effect ke ekonomi lokal masih terbatas.

“Kondisi tersebut tercermin pada sejumlah indikator kesejahteraan. Meskipun tingkat kemiskinan menurun dari 11,77% pada tahun sebelumnya menjadi 10,92%, angka ini masih berada pada kisaran dua digit, menunjukkan perlunya upaya lebih kuat untuk mendorong perekonomian yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” katanya.

BACA JUGA:  Mutasi Perwira di Jajaran Polda Sulteng, Siapa Saja..?

Saat ini kontribusi sektor pariwisata yang direpresentasikan oleh Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum serta Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan baru mencapai 2,32%.

“Angka ini memberikan pesan bahwa potensi wisata yang kita miliki, dari pesona alam hingga kekayaan budaya, belum berhasil kita terjemahkan menjadi nilai ekonomi yang signifikan,” ungkapnya.

Kepala Perwakilan BI menekankan sektor pariwisata merupakan sektor yang mampu menciptakan lapangan kerja cepat, mendorong UMKM, dan menyebarkan manfaat pertumbuhan lebih merata. Jika mampu mengangkat kontribusi sektor ini, dapat menambah sumber pertumbuhan baru.

Dalam kesempatan tersebut, para peserta bersama-sama mengidentifikasi potensi pengembangan sektor pariwisata Sulteng, termasuk menyusun solusi yang bukan sekadar membangun destinasi tetapi menciptakan pengelolaan ekosistem yang dapat memberikan pengalaman mengesankan dan manfaat ekonomi nyata bagi warga lokal.

BACA JUGA:  Nilai Ekonomi Hutan Morowali Capai Rp2,81 Triliun, Rp1,07 Triliun Terancam Hilang

“Sulawesi Tengah memiliki modal alam, budaya, dan kreativitas yang luar biasa. Tantangan kita adalah mengubah modal itu menjadi kekuatan ekonomi yang terukur, berkelanjutan, dan inklusif,” katanya.

Ia berharap pada waktu ke depan dapat membuktikan bahwa pertumbuhan tinggi bukan hanya angka di atas kertas, tetapi menjadi kesejahteraan yang dapat dirasakan oleh setiap keluarga di Sulawesi Tengah. (bmz)

Scroll to Top