PALU, beritapalu.ID | Perempuan Mahardika Palu menggelar aksi longmarch dan orasi di depan Kampus Universitas Tadulako dalam rangka memperingati 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Senin (25/11/2025). Aksi tersebut diikuti puluhan anak muda yang menyoroti masih massifnya kekerasan terhadap perempuan di Sulawesi Tengah.
Dalam aksinya, Perempuan Mahardika menyampaikan bahwa peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan bukan sekadar acara tahunan, tetapi menjadi pengingat bahwa kekerasan terhadap perempuan masih sangat masif dan dapat terjadi di mana saja. Pelakunya bisa berasal dari beragam lingkungan seperti pejabat, dosen, anggota keluarga, bahkan teman dekat.
Dalam orasinya, peserta aksi menyoroti bahwa Sulawesi Tengah masih belum menempatkan penanganan kekerasan terhadap perempuan sebagai prioritas serius. Di tengah isu efisiensi anggaran pemerintah, kekhawatiran muncul bahwa kasus kekerasan hanya dipandang sebagai angka dalam laporan keuangan, bukan sebagai persoalan kemanusiaan.
Perempuan Mahardika juga menyoroti kondisi pekerja perempuan, khususnya di wilayah pertambangan seperti Morowali. Berdasarkan pengalaman advokasi bersama buruh perempuan FSPMI, terungkap kondisi kerja yang tidak manusiawi, seperti buruh perempuan yang harus menampung air AC selama tiga bulan untuk kebutuhan toilet karena minimnya fasilitas dasar dari perusahaan.
Selain itu, pelecehan seksual di tempat kerja masih kerap terjadi tanpa adanya mekanisme perlindungan yang memadai, sementara perempuan tetap terpaksa bekerja karena tekanan ekonomi.
Aksi ini juga menyoroti pekerja perempuan di sektor informal yang menghadapi ancaman lebih berat. Banyak dari mereka tidak memiliki perlindungan kerja yang jelas, termasuk pengabaian terhadap hak maternitas seperti cuti melahirkan, cuti haid, dan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi.
Perempuan Mahardika juga menyoroti maraknya kekerasan seksual di lingkungan kampus yang belum mendapatkan penanganan serius. Banyak kasus justru disembunyikan atas nama menjaga reputasi akademik, sementara kebutuhan perlindungan bagi korban—baik secara psikologis maupun mental—diabaikan.
Perempuan Mahardika berkomitmen untuk membangun kesadaran kritis dan mengajak generasi perempuan muda untuk berkolektif dalam melawan berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan. Organisasi ini menekankan bahwa perempuan dan anak dari keluarga miskin menjadi kelompok paling rentan karena keterbatasan akses terhadap perlindungan dan layanan pemulihan.
Coba lagi
Claude dapat membuat kesalahan.
Periksa kembali setiap respons.
pojokPALU
pojokSIGI
pojokPOSO
pojokDONGGALA
pojokSULTENG
bisnisSULTENG
bmzIMAGES
rindang.ID
Akurat dan Terpecaya