Di tengah modernisasi pertanian yang kian masif, petani di Porame, Sigi, justru memilih jalan berbeda. Mereka tetap setia pada tradisi menanam padi dengan cara tabur langsung—menyebarkan bulir-bulir bibit padi ke permukaan sawah yang sudah diolah. Bukan karena tak mau berubah, tapi karena tradisi ini terbukti cocok dengan kondisi tanah dan iklim setempat.
Namun, petani Porame bukan penganut tradisi yang kaku. Mereka sadar bahwa waktu adalah aset berharga. Maka lahirlah inovasi sederhana namun brilian, yakni alat tanam padi dari pipa paralon yang dilubangi kecil-kecil. Cara kerjanya simpel—pipa diisi dengan bulir bibit padi, lalu disebar merata ke dalam pipa, lalu alat itu ditarik dari ujung pematang ke ujung lainnya, menyebarkan benih secara merata melalui luabang kecil dalam waktu singkat.
Hasilnya? Luar biasa. Proses penanaman yang biasanya menghabiskan waktu berjam-jam kini bisa diselesaikan 17 kali lebih cepat! Efisiensi tanpa mengorbankan esensi tradisi. Inilah wajah pertanian masa kini: menghormati warisan leluhur sambil merangkul kepraktisan zaman.
Di balik kesederhanaan alat dari paralon itu, tersimpan filosofi mendalam: inovasi sejati lahir dari kebutuhan nyata, bukan sekadar mengikuti tren. Petani Porame membuktikan bahwa kemajuan tak selalu berarti meninggalkan akar, tapi bisa juga berarti memperkuatnya dengan cara yang lebih cerdas.
#PetaniPorame #InovasiPertanian #TradisiSawah #PertanianCerdas #Palu #SulawesiTengah
View this post on Instagram
pojokPALU
pojokSIGI
pojokPOSO
pojokDONGGALA
pojokSULTENG
bisnisSULTENG
bmzIMAGES
rindang.ID
Akurat dan Terpecaya