JAKARTA, beritapalu.ID | Indonesia secara resmi telah mengakhiri status Kejadian Luar Biasa (KLB) polio tipe 2. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penutupan KLB secara resmi pada 19 November 2025, setelah sejak Juni 2024 tidak ditemukan lagi virus polio pada anak-anak maupun lingkungan.
Sejak Oktober 2022 hingga Juni 2024, KLB polio menjangkau sembilan provinsi di Indonesia. Kasus pertama dilaporkan dari Aceh, kemudian berkembang ke Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku Utara, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan. Kasus terakhir terkonfirmasi di Papua Selatan pada 27 Juni 2024.
Selama respons KLB, Indonesia telah memberikan hampir 60 juta dosis imunisasi polio tambahan kepada anak-anak. Respons dilakukan melalui dua putaran imunisasi tambahan menggunakan vaksin novel OPV-2 (nOPV2) sejak akhir tahun 2022 hingga triwulan ketiga 2024.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan pencapaian ini merupakan hasil dedikasi tenaga kesehatan dan komitmen masyarakat. “Kita berhasil menghentikan penyebaran polio di Indonesia berkat dedikasi tenaga kesehatan, komitmen orang tua dan seluruh anggota masyarakat agar anak-anak diimunisasi, serta dukungan mitra,” kata Menkes.
Menkes menekankan pentingnya tetap waspada meskipun KLB telah berakhir. “Namun, kita tidak boleh berpuas diri. Risiko polio masih ada, terutama dengan adanya kesenjangan cakupan imunisasi di beberapa provinsi di Indonesia,” ujarnya.
Cakupan imunisasi polio rutin mengalami peningkatan signifikan. Persentase anak yang menerima dosis kedua vaksin polio inaktif (IPV) meningkat dari 63 persen pada 2023 menjadi 73 persen pada 2024.
Untuk mempercepat peningkatan cakupan imunisasi, Kementerian Kesehatan menginisiasi penggunaan vaksin heksavalen yang menggabungkan DPT-HB-Hib dan IPV dalam satu suntikan. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap enam penyakit sekaligus: polio, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, serta pneumonia dan meningitis akibat Haemophilus influenza tipe b. Program ini dimulai Oktober 2025 di DIY, NTB, Bali, dan enam provinsi di Tanah Papua, dengan pelaksanaan nasional direncanakan tahun mendatang.
Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat Dr. Saia Ma’u Piukala menyatakan keberhasilan Indonesia penting bagi kawasan. “Keberhasilan Indonesia merupakan langkah penting menuju dunia tanpa polio. Keberhasilan ini juga memperkuat kemampuan seluruh Wilayah Pasifik Barat untuk mempertahankan status bebas polio yang telah dicapai 25 tahun lalu,” kata Dr. Piukala.
Penutupan status KLB didukung penilaian tim independen global melalui Outbreak Response Assessment (OBRA) pada Juli 2023, Desember 2024, dan Juni 2025. Penilaian menyimpulkan Indonesia telah melaksanakan upaya respons berkualitas dan membuktikan tidak adanya kasus baru.
Pencapaian ini terwujud melalui kolaborasi Pemerintah Indonesia dengan mitra pembangunan internasional termasuk WHO, UNICEF, UNDP, Clinton Health Access Initiative, dan Rotary International.
Perwakilan UNICEF Indonesia Maniza Zaman mengatakan, “Ini menunjukkan hal yang bisa kita capai ketika masyarakat, tenaga kesehatan, dan mitra bersatu. Kita harus terus menjaga momentum agar setiap anak mendapatkan imunisasi yang mereka butuhkan.”
Kementerian Kesehatan menegaskan komitmen menjaga Indonesia tetap bebas polio melalui penguatan imunisasi rutin, peningkatan surveilans, kerja sama lintas sektor, dan dukungan masyarakat.
pojokPALU
pojokSIGI
pojokPOSO
pojokDONGGALA
pojokSULTENG
bisnisSULTENG
bmzIMAGES
rindang.ID
Akurat dan Terpecaya