PALU, beritapalu | Festival Film Tengah (FFT) 2025 resmi diluncurkan di Sekretariat Sinekoci Palu, Sabtu (2/8/2025). Festival yang dihelat Yayasan Sinema Mandiri Sinekoci dengan dukungan Kementerian Kebudayaan, Dana Indonesiana, dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) ini akan berlangsung selama lima hari, 6-10 Agustus 2025 di Museum Sulawesi Tengah.
Direktur Festival Film Tengah Mohammad Ifdhal bersama Direktur Artistik Taufiqurrahman Kifu dan Manajer Festival Sarah Adilah yang dipandu Adi Atmaja pada keghiatan peluncuran itu mengatakan, festival ini hadir sebagai ruang bersama untuk merespons perkembangan perfilman di Sulawesi Tengah.
“Kami memandang film bukan hanya sebagai karya, tetapi juga sebagai praktik budaya, ekspresi artistik, dan cara memahami dinamika sosial,” jelas Mohammad Ifdhal.
Ia mengatakan, festival ini merupakan tindak lanjut dari Festival Film Pelajar Sulawesi Tengah 2024, dengan tujuan membuka ruang dialog, apresiasi, serta mempertemukan pelaku film, penonton, dan komunitas lintas sektor.
FFT 2025 berkembang dengan cakupan yang lebih luas, tidak hanya untuk pelajar, tetapi juga untuk sineas umum dan komunitas film dari seluruh Indonesia hingga internasional.
197 Karya Film dari Berbagai Wilayah
Manajer Festival Sarah Adilah menyampaikan bahwa sedikitnya ada 197 karya film yang disubmit dari berbagai wilayah di Indonesia, termasuk dari luar negeri. Karya-karya tersebut terdiri dari 7 film peserta internasional, 35 karya film dari kabupaten dan kota di Indonesia, dan sisanya dari Sulawesi Tengah.
“Meski demikian, tidak seluruh karya film itu akan dikompetisikan, kecuali peserta lokal Sulawesi Tengah yang dibagi dalam kompetisi umum dan pelajar. Kategori nasional dan internasional tidak dikompetisikan,” imbuh Sarah Adilah.
Tetap Fokus pada Lokalitas
Meskipun diikuti peserta internasional dan nasional, menurut Taufiqurrahman Kifu, konsep lokalitas dari festival ini tetap menjadi fokusnya. Menurutnya, dunia saat ini sudah berubah termasuk dalam sinematografi.
“Lokalitas adalah bagian dari dunia global yang terus bergerak dinamis. Ini pun memiliki benang merah dari lokalitas yang tumbuh dan berkembang di Sulawesi Tengah,” jelas Taufiq.
Konsep “Tengah” dan Liminalitas
Kata “Tengah” dalam festival ini didefinisikan tidak hanya sebatas geografis, tetapi sebagai keberagaman yang harus melebur sebagai satu kesatuan baru. Festival ini menekankan pentingnya “liminalitas”, yaitu berada di ruang ambang yang terbuka untuk berbagai peluang dan pertanyaan.
Konsep ini mencerminkan perjalanan kreatif para pembuat film yang, meskipun terbatas oleh sumber daya, tetap mampu menciptakan karya luar biasa. Para sineas dari Sulawesi Tengah sering kali harus berkreasi dengan perangkat terbatas, namun justru di situlah muncul ide-ide segar yang luar biasa.
Program Kegiatan
Selain pemutaran dan kompetisi film, FFT 2025 akan diisi dengan berbagai program, antara lain: Ruang Tengah (Forum Komunitas); Pitching Film Project; Kompetisi Film Pelajar dan Umum; Program Non-Kompetisi; Program kerjasama Tualang Alteraksi.
Membangun Ekosistem Perfilman
Taufiqurrahman Kifu berharap festival ini tidak selesai dengan kompetisi dan menghasilkan juara. Lebih dari itu, festival ini diharapkan menjadi inisiatif positif untuk menumbuhkan ekosistem perfilman, terutama di Sulawesi Tengah sebagai bagian dari ekosistem film global.
Festival Film Tengah 2025 bersifat gratis dan terbuka untuk semua kalangan, dari pembuat film hingga penonton yang ingin menikmati berbagai karya film yang menarik dan menginspirasi. (bmz)