beritapalu.id
Friday, 26 Sep 2025
🌐 Network
pojokPALU pojokPALU pojokSIGI pojokSIGI pojokPOSO pojokPOSO pojokDONGGALA pojokDONGGALA pojokSULTENG pojokSULTENG bisnisSULTENG bisnisSULTENG bmzIMAGES bmzIMAGES rindang.ID rindang.ID
Subscribe
beritapalu.ID
  • HOME
  • HEADLINE
  • PALU
  • SULTENG
    • Sigi
    • Poso
    • Buol
    • Tolitoli
    • Banggai
    • Morowali
    • Donggala
    • Tojo Unauna
    • Banggai Laut
    • Morowali Utara
    • Parigi Moutong
    • Banggai Kepualuan
  • BISNIS
  • POLITIK
  • LINGKUNGAN
  • OLAHRAGA
  • INSPIRASI
  • 🌐
  • Hukum-Kriminal
  • Seni-Budaya
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Religi
  • Style
  • Region
  • Militer
  • Opini
  • Travel
  • Visual
  • Komunitas
📂 Lainnya ▼
Indeks Feature Advertorial Liputan Khusus
beritapalu.IDberitapalu.ID
Search
  • HOME
  • HEADLINE
  • PALU
  • SULTENG
    • Sigi
    • Poso
    • Buol
    • Tolitoli
    • Banggai
    • Morowali
    • Donggala
    • Tojo Unauna
    • Banggai Laut
    • Morowali Utara
    • Parigi Moutong
    • Banggai Kepualuan
  • BISNIS
  • POLITIK
  • LINGKUNGAN
  • OLAHRAGA
  • INSPIRASI
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
FotoLingkungan

Perubahan Iklim yang Terus Menggerus Petani Padi Sawah

Last updated: 31 December, 2021 11:34 pm
beritapalu
Share
Tanaman padi sudah tumbuh, bukan berarti masalah bagi petani sudah selesai. (foto: Basri Marzuki)
SHARE

PHOTO STORY:

 

Setelah molor dari jadawal tanam seharusnya, akhirnya petani ini membajak sawahnya untuk ditanami padi. (foto: Basri Marzuki)

SALMAN (43 tahun) meneriaki dua ekor sapinya yang menarik bajak agar terus bergerak menyusuri sawah yang sudah terendam dengan air sejak dua hari lalu. Ia berharap, dalam seminggu ke depan, sawah yang luasnya tidak sampai setengah hektar itu sudah dapat ditanami padi.

Setelah sawah dibajak dan cukup “matang” untuk ditanami, maka saatnya membuat penanda tanam bibit. (foto: Basri Marzuki)

Penanggalan saat Salman membajak sawahnya itu tepat pada 1 November 2021, mundur hampir dua bulan dari waktu seharusnya mempersiapkan penanaman padi seperti lazimnya disuarakan para penyuluh pertanian di wilayahnya.

“Seharusnya September lalu sudah ditanam, tapi belum ada air, jadi mundur. Tidak mungkin kami menanam padi jika tidak ada air,” aku Salman.

Di tempat lainnya di Desa Porame, petani mempercepat waktu tanamnya yang sudah telat tanpa pembibitan lagi. Mereka langsung menaburnya di permukaan sawah. (foto: Basri Marzuki)

Salman yang berusaha tani padi sawah di wilayah administratif Desa Porame, Kecamatan Kinovaro, Kabupaten Sigi itu hanyalah salah satu dari sekian banyak petani yang harus melakukan penyesuaian pola tanam akibat ketidakmenentuan cuaca.

Risiko menanam tidak serentak adalah berhadapan dengan hama. Karenanya pemupukan meski mebebani ongkos usaha tani, namun sudah menjadi bagian yang mutlak dilakukan setiap petani. (foto: Basri Marzuki)

Pola tanam serentak kedua bagi padi sawah yang seharusnya dilakukan antara bulan September dan Oktober setiap tahunnya, terus bergeser mundur. Sebelumnya bergeser ke November, namun belakangan ini mundur lagi hingga ke Desember bahkan melompat ke Januari.

BACA JUGA:  Satu dari Dua Anak Terseret Arus Ditemukan Meninggal Dunia
Pemupukan saja tidak cukup, pengaturan air pada tanaman padi mesti seimbang. Persoalan jika saluran irigasi juga ikut rusak. Kementerian Pertanian menyebut, setidaknya 70 persen irigasi di Indonesia mengalami kerusakan. Beban petani kian berat. (foto: Basri Marzuki)

Salman dan juga petani lainnya tak kuasa bertahan, ia harus bertaruh dengan risiko gagal panen atau serangan hama akibat ketidakpatuhannya pada anjuran tanam serentak.

“Mau apalagi, padi butuh air, nah kalau tidak ada air, bagaimana mungkin padi bisa tumbuh,” lanjutnya.

Tanaman padi sudah tumbuh, bukan berarti masalah bagi petani sudah selesai. (foto: Basri Marzuki)

Apa boleh buat, Salman dan juga petani lainnya harus menerima hasil usaha padi sawahnya yang terus menurun. Dua tahun lalu ia masih bisa menikmati hasil sawahnya hingga rata-rata 2 ton untuk setengah hektare. Namun panen terakhir pada Juli 2021 hanya bisa menyukuri sebanyak 1,5 ton.

Masalah petani sawah tidak hanya pada pola tanam serentak, namun juga kerawanan cuaca sebagai dampak dari perubahan iklim. Angin kencang kerap kali membuat tanaman padi harus dipanen lebih awal. (foto: Basri Marzuki)

“Betul, banyak hama karena tidak menanam serentak. Tapi kalau tidak menanam, mau makan apa kami?” sebutnya.

BACA JUGA:  Setrum Ikan di Sungai Toro, Remaja 15 Tahun Dilaporkan Hilang
Panen lebih awal tentu akan hasilnya jauh lebih sedikit dibanding dengan usia padi seharusnya di panen. (foto: Basri Marzuki)

Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah mencatat, terjadi trend produksi pada sawah, tidak hanya di wilayah petani Salman Bertani, namun secara keseluruhan di Kabupaten Sigi. 2014 lalu, luasan panen padi sawah dan ladang masih mencakup 32.946 hektare, namun di 2020 tersisa 18.247 hektare.

Meski banyak menemuai kendala dan penurunan hasil produksi, petani tetap bergembira ketika waktunya menuai hasil tanam. (foto: Basri Marzuki)

Penurunan signifikan luasan panen padi itu juga menggerus hasil produksi. Jika di 2014 masih bisa menghasilkan 145.936 ton gabah kering giling, di 2020 hanya mampu berproduksi hingga 82.683 ton gabah kering giling.

Angin meniup bulir padi yang tak berisi, terbang bersama hasil yang diluar ekspektasi para petani. (foto: Basri Marzuki)

Dinas Pertanian setempat menyebut, penurunan luas panen dan juga hasil produksi itu disebabkan banyak factor, terutama bencana yang mendera dan juga perubahan fungsi kawasan dari sawah menjadi kawasan non pertanian.

Untuk ketahanan pangan, jangan tergantung pada padi yang terus merosot hasilnya. Diversifikassi ke tanaman pangan lain seperti ubi dan sejenisnya. (foto: Basri Marzuki)

Trio bencana (gempa, likuifaksi, dan tsunami) pada September 2018 disebut factor yang paling berdampak. Luas lahan banyak yang rusak akibat bencana tersebut, terutama irigasi Gumbasa yang menjadi sumber air bagi usaha pertanian di delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Sigi.

BACA JUGA:  ASEAN Solar Summit 2023 Percepatan Pengembangan Energi Surya
Sebagian petani bahkan mengusahak tanaman jagung di sela tidak menanam padi karena kekurangan air. (foto: Basri Marzuki)

Bahkan hingga lebih dari tiga tahun bencana itu, irigasi yang menjadi satu-satunya tumpuan bagi mayoritas petani di wilayah itu tak kunjung selesai seperti sebelum terjadinya bencana.

Produk diversifikasi yang cukup menjanjikan, harga jualnya kian naik dalam semester akhir 2021 ini. (foto: Basri Marzuki)

Cuaca ekstrim yang kerap melanda wilayah Sigi juga disebut sebagai factor penyebab. Banjir bandang dan tanah longsor yang bahkan menjadi “langganan” di wilayah bagian Selatan kabupaten itu sudah menjadi berita penanda bagi kabupaten yang 70 persen wilayahnya adalah cagar biosfer.

Perlahan namun pasti, gerusan perubahan iklim terus terjadi. Pemerintah setempat menganjurkan dilakukannya diversifikasi usaha tani. Tidak semata mengandalkan padi sawah atau ladang, namun juga tanaman hortikultura yang tidak lebih rentan dengan perubahan atau pergeseran pola cuaca.

Naskha dan foto: Basri Marzuki

TAGGED:cerita fotodiversifikasiladangpadipertanianporamesawahsigistory
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp LinkedIn Email Copy Link
Previous Article ojk sulteng Indikator IJK Tumbuh, OJK Sebut Sinyal Ekonomi Sulteng Mulai Pulih
Next Article Kapolda Tegaskan Sisa DPO Poso akan Terus Diburu

Berita Terbaru

Pelaku menyiram istrinya dengan bensin pada rekonstruski suami bakar isteri di mapolresta Palu, Kamis (25/9/2025). (©Humas Polresta Palu)
Hukum-Kriminal

Polresta Palu Rekonstruksi Kasus Pembakaran Istri di Palu

25 September, 2025
Kapolres Parigi Moutong, AKBP Hendrawan melhat kondisi siswa yang diduga keracunan setelah mengkonsumsi MBG di SMA Taopa Parigi Moutong, Kamis (25/9/2025)). (©Humas Polres Parimo)
Kesehatan

Polres Parimo Selidiki Dugaan Keracunan Massal MBG di Taopa

25 September, 2025
Kapolda Sulteng, Irjen Pol Agus Nugroho (kiri) saat sidak di SPPG Polda Sulteng di Palu, Kamis (25/9/2025). (©Humas Polda Sulteng)
Kesehatan

Kapolda Sulteng Sidak ke SPPG di Palu

25 September, 2025
Warga memadati arena pasar murah yang digelar dua hari di Lapangan Dispora Kota Palu, Kamis (25/9/2025). (©Prokopim Setda Kota Palu/Jufri)
Bisnis

Pasar Murah Dua Hari di Lapangan Dispora Kota Palu

25 September, 2025
Pengunjukrasa membawa pamplet pada unjukrasa memperingati Hari Tanisonal di gepan kantor Gubernur Sulteng, Selasa (24/9/2025). (©bmzIMAGES/basri marzuki)
Komunitas

Hari Tani Nasional, SP Palu Tuntut Pencabutan UU Cipta Kerja

25 September, 2025

Berita Populer

Foto

10 Pemuda Cetuskan Kawasan Wisata Alam Buntiede di Desa Padende

25 October, 2021

Pelaku Pembunuhan di Taman Ria Akhirnya Ditangkap Polisi

28 July, 2021
Komunitas

Tak Ada Perempuan, Sikola Mombine “Gugat” SK Penetapan Anggota KPID Sulteng

10 January, 2022
Morowali Utara

Perahu Terbalik Dibawa Arus, Seorang Warga masih Dicari

14 December, 2021
Parigi Moutong

Banjir di Sidoan Barat Seret Seorang Warga

3 January, 2022

Logo BeritaPalu.id Akurat dan Terpecaya

Komitmen kami terhadap akurasi, netralitas, keberimbangan, dan penyampaian berita terkini telah membangun kepercayaan dari banyak audiens. Terdepan dengan pembaruan terkini tentang peristiwa, tren, dan dinamika terbaru.
FacebookLike
XFollow
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TelegramFollow
WhatsAppFollow
LinkedInFollow
MediumFollow
QuoraFollow
- Advertisement -
bmzimages.combmzimages.com

Dapatkan Info Terbaru

Masukkan email Anda untuk mendapatkan pemberitahuan artikel baru

Berita Terkait

Sejumlah siswa SD mengikuti program edukasi sampah berbasis 3R oleh PT Vale di Morowali. (©PT Vale Indonesia)
Lingkungan

PT Vale Edukasi Siswa di Morowali Soal Pengelolaan Sampah Berbasis 3R

beritapalu
Pemantauan kualitas air dan udara di lokasi kebocoran pipa minyak di Desa Towuti, Luwu Timur. (©PT Vale Indonesia)
Lingkungan

Hasil Uji Independen: Air dan Udara di Lokasi Kebocoran Pipa Minyak Vale Dinyatakan Aman

beritapalu
Masalah petani sawah tidak hanya pada pola tanam serentak, namun juga kerawanan cuaca sebagai dampak dari perubahan iklim. Angin kencang kerap kali membuat tanaman padi harus dipanen lebih awal. (foto: bmzIMAGES/Basri Marzuki)
Lingkungan

Ini Imbauan BMKG Terkait Anomali Cuaca di Sulawesi Tengah

beritapalu
Sejumlah pengunjung memperhatikan foto bencana bertema "Asa di Atas Patahan" pada pameran yang dinisiasi PFI Palu di PGM Palu, Senin (15/9/2025). Pameran yang digelar hingga 17 September 2025 itu menampilkan 60 foto dari 25 fotografer baik dalam maupun luar negeri untuk mengenang tujuh tahun bencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Palu, Sigi, dan Donggala September 2018 silam. (©bmzIMAGES/basri marzuki)
Foto

PFI Palu Pamerkan 60 Karya Foto Jurnalistik “Asa di Atas Patahan”

beritapalu
beritapalu.ID
Facebook Twitter Youtube Instagram Linkedin

About US

beritapalu.ID adalah situs berita online berbasis di Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Berlandaskan prinsip-prinsip jurnalisme dan memegang teguh kode etik jurnalistik. Kecepatan memang penting, tapi akurasi pemberitaan jauh lebih penting. Kami berpihak kepada kebenaran dan kemaslahatan orang banyak, kami juga punya persepsi sendiri untuk menerjemahkannya. Tidak semua berita yang disajikan mewakili pikiran kami. 

Managerial
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontak
  • Karir
Kebijakan
  • Disclaimer
  • Kode Perilaku
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Berita

Kunjungi kami di

https://bmzimages.com

© 2025 by beritapalu.ID

PT Beritapalu Media Independen
All Rights Reserved.

Copyright © 2025 beritapalu.ID | Published by PT Beritapalu Media Independen | All Rights Reserved
Halaman
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?