Program USD 42 Juta Diluncurkan untuk Lindungi Hutan Primer Asia Tenggara dan Pasifik

CHIANG MAI, beritapalu | Inisiatif konservasi berskala besar senilai lebih dari USD 42 juta resmi diluncurkan untuk memperkuat kesehatan dan konektivitas hutan primer di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik. Program ini bertujuan melestarikan keanekaragaman hayati, mengurangi emisi gas rumah kaca, serta mendukung mata pencaharian berkelanjutan bagi jutaan masyarakat lokal.
Diluncurkan dalam lokakarya pendahuluan di Chiang Mai, Thailand, Program Terpadu Hutan Asia Tenggara dan Pasifik didanai oleh Global Environmental Facility (GEF) dan akan dikoordinasikan oleh IUCN dan FAO, bekerja sama dengan UNDP dan sejumlah mitra regional.
Program ini menyasar empat proyek utama: tiga proyek nasional di Laos, Papua Nugini, dan Thailand; dan satu proyek koordinasi regional lintas negara.
Melalui skema pembiayaan, proyek ini mengalokasikan USD 42,4 juta dalam bentuk hibah dan USD 185 juta dalam pembiayaan bersama. Target implementasi mencakup: pengelolaan 3,2 juta hektare kawasan lindung; perlindungan 7 juta hektare lanskap prioritas; pemulihan 8.500 hektare ekosistem terdegradasi; pengurangan 34 juta ton emisi gas rumah kaca; dan peningkatan kesejahteraan hampir 20.000 orang.
Kegiatan ini melibatkan 8 negara: Bhutan, Kamboja, Indonesia, Laos, Papua Nugini, Filipina, Thailand, dan Vietnam, yang telah menyepakati visi regional hutan primer, pendirian forum investasi, dan pusat pembelajaran konservasi sebagai keluaran prioritas selama enam tahun ke depan.
Proyek koordinasi regional, didukung mitra seperti CIFOR-ICRAF dan Grow Asia, akan mendorong kolaborasi lintas batas, berbagi pengetahuan, dan pengembangan kapasitas pengelolaan hutan primer secara terpadu.
CEO GEF Carlos Manuel Rodríguez menyebut pelestarian hutan primer sebagai respons strategis terhadap krisis lingkungan global, sementara Direktur Jenderal IUCN, Dr. Grethel Aguilar, menyatakan bahwa bioma hutan Indo-Malaya adalah salah satu ekosistem terkaya yang kini butuh intervensi serius.
FAO melalui Alue Dohong menambahkan bahwa sebagian besar hutan primer di kawasan ini berada di luar wilayah perlindungan formal, sehingga pendekatan regional dan lintas sektor sangat penting dalam menjaga keberlanjutan sumber daya hutan.
Program ini merupakan bagian dari skema GEF-8 Forests Integrated Programs, yang mencakup kawasan tropis penting lainnya seperti Amazon, Guinea, Mesoamerika, dan Cekungan Kongo — sebagai upaya global dalam mendorong perubahan sistemik pengelolaan hutan tropis dunia. (bmz/*)