PALU, beritapalu.ID | Festival Kopi Sulteng (Coffee Sulteng Festival) 2025 resmi dibuka di Palu, Jumat (18/10/2025). Festival yang mengusung tema “Kopi Sulteng dari Desa Menuju Peta Kopi Nasional” ini berlangsung selama dua hari hingga Minggu (19/10/2025) dan menampilkan berbagai komunitas kopi lokal Sulawesi Tengah.
Pembukaan festival ditandai dengan penandatanganan kontrak dagang kopi sebesar 350 ton dengan nilai sekitar Rp52 miliar antara produsen kopi Sulawesi Tengah dan mitra dari Jawa Timur. Kontrak ini menjadi kabar gembira bagi para petani dan pelaku usaha kopi di daerah ini.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulteng Irfan Sukarna menyampaikan bahwa penandatanganan kontrak sebesar 350 ton dengan jangka waktu dua tahun ini merupakan hasil dari misi dagang yang berlangsung bersamaan dengan festival kopi.
“Transaksi ini menunjukkan bahwa produk kopi Sulteng memiliki daya saing tinggi. Bahkan permintaan dari luar sangat besar, jauh melebihi kapasitas produksi kita saat ini,” ujar Irfan.
Ia menambahkan, Sulawesi Tengah memiliki banyak produk unggulan yang bisa dijual dan diproduksi untuk menaikkan nilai ekonomi masyarakat. “Bank Indonesia mendukung keberdayaan ekonomi lokal melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. Dengan wilayah yang indah, sumber daya yang kaya, dan penduduk hanya 3,3 juta jiwa, Sulteng harusnya bisa lebih sejahtera,” jelasnya.
Irfan juga menyebutkan bahwa beberapa kopi dari Sulteng telah masuk 10 peringkat nasional dan terpilih mengikuti ajang internasional. “Kopi Kamanuru bahkan meraih skor tertinggi se-Indonesia pada tahun lalu,” ungkapnya.
Platform Edukasi dan Kolaborasi
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulteng Fajar Setiawan menjelaskan bahwa Festival Kopi Sulteng 2025 dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Tengah dengan dukungan luar biasa dari Bank Indonesia.
“Festival ini dikemas menjadi sebuah perayaan kopi lokal Sulteng yang dirancang sebagai platform edukasi, kolaborasi, dan promosi komunitas kopi sehingga membentuk kopi yang berkualitas,” ujar Fajar.
Ia menambahkan, kegiatan ini merupakan salah satu upaya Pemerintah Sulteng untuk mendukung program kerja Gubernur, yakni “Berani Harmoni, Berani Sejahtera”, serta sebagai langkah tindak lanjut dari panen raya kopi.
Festival ini diikuti oleh 9 coffee shop berjejaring asal Sulteng, baik lokal maupun di luar daerah, serta 14 petani kopi dari beberapa kabupaten seperti Sigi, Tojo Una-Una, Morowali, dan Banggai. Ke-14 petani kopi tersebut mendapatkan fasilitas dari Bank Indonesia untuk mengikuti cupping score di Marabang Coffee Lab sebagai lembaga kurasi kopi Indonesia.
Rangkaian acara meliputi pameran kopi terkurasi, talk show, sharing session, pelatihan, public test kopi, dan business matching. “Kami berharap terjalin kemitraan antara petani dan pelaku bisnis kopi agar coffee shop yang ada juga menggunakan biji kopi dari tanah kita sendiri,” jelasnya.
Optimalisasi Potensi dan Pembentukan Asosiasi
Staf Ahli Gubernur Sulteng Bidang Ekonomi Farid Yotolembah menyampaikan bahwa kopi merupakan salah satu keunggulan Sulawesi Tengah yang harus terus dikembangkan.
“Kita tidak sadari bahwa kopi adalah salah satu keunggulan kita. Banyak orang luar negeri datang ke Indonesia sekadar melihat dan mencicipi kopi. Kita kaya, kita makmur, tinggal bagaimana kita mengolahnya untuk kesejahteraan,” ujarnya saat meresmikan pembukaan festival.
Farid menekankan pentingnya membangun semangat untuk bertumbuh dan tidak terus bergantung pada bantuan pemerintah. Ia juga menyarankan agar kopi Sulteng dipasangkan dengan produk kuliner lokal untuk memperkuat branding daerah.
“Festival seperti ini jangan hanya setahun sekali, tetapi bisa tiga bulan sekali atau bahkan dua bulan sekali agar terus mempromosikan kopi kita. Tujuannya agar orang tanpa sadar merasa perlu minum kopi setiap hari, itu baru namanya sudah masuk pasar,” jelasnya.
Farid juga menyoroti pentingnya kesiapan produksi menghadapi kontrak besar. “Kontrak 350 ton senilai Rp52 miliar sudah ditandatangani. Pertanyaannya, apakah kita sanggup memenuhi permintaan tersebut? Kita harus melihat kemampuan dan kualitas produk kita,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa festival ini juga bertujuan memperkuat jejaring dan membangun kemitraan, termasuk pembentukan asosiasi kopi Sulteng. “Pengusaha kopi kita harus solid, satu visi, satu misi. Itu baru membangun kemitraan yang kuat,” pungkasnya.
Pengunjung Ramai, Kopi Lokal Berprestasi Tampil
Festival Kopi Sulteng 2025 yang merupakan rangkaian dari Karya Kreatif Sulawesi Tengah (KKST) dipadati pengunjung yang antusias mencicipi berbagai varian kopi lokal dari seluruh kabupaten di Sulteng. Sejumlah komunitas kopi lokal tampil memamerkan produk unggulan mereka, termasuk Kopi Kamanuru yang telah memenangkan penghargaan tingkat nasional dengan skor tertinggi se-Indonesia.
Sehari sebelum pembukaan, panitia telah mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bersama petani, UKM, dan pelaku usaha kopi untuk meningkatkan pengetahuan tentang kopi serta upaya pembentukan asosiasi yang menjadi wadah bertumbuh dan berkembangnya seluruh stakeholder perkopian di Sulteng. (bmz)