JAKARTA – Biaya pola makan sehat di Indonesia mencapai USD 4,75 per kapita per hari, lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara berpenghasilan tinggi yang hanya sebesar USD 4,22. Kondisi ini membuat pola makan sehat tidak terjangkau bagi sekitar 43,5% atau 123 juta penduduk Indonesia.
Data tersebut terungkap dalam laporan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) berjudul “The State of Food Security and Nutrition in the World 2025” yang disampaikan dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia 2025, Rabu (16/10).
Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal, menjelaskan bahwa pola makan sehat adalah pola makan yang cukup, beragam, seimbang, dan moderat, yang memastikan setiap orang menerima nutrisi yang dibutuhkan sekaligus menghindari kelebihan yang berbahaya.
“Transformasi cara kita memproduksi, mendistribusikan, dan mengonsumsi makanan dapat memperluas akses terhadap pola makan tersebut, dan hal ini mustahil dilakukan tanpa meningkatkan investasi dan menjalin kemitraan lintas batas, pemerintahan, generasi, dan komunitas,” ujar Rajendra.
Hari Pangan Sedunia tahun ini mengusung tema global ‘Bergandengan Tangan untuk Pangan dan Masa Depan yang Lebih Baik’. FAO menyerukan upaya kolaboratif untuk mewujudkan sistem pangan yang sehat, berkelanjutan, dan tangguh di Indonesia.
FAO mengapresiasi komitmen kuat Pemerintah Indonesia dalam mencapai ketahanan pangan. Indonesia telah mencatat penurunan prevalensi kerawanan pangan sedang atau berat dari 5,12% pada tahun 2020 menjadi 4,02% pada tahun 2024, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).
Namun, prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan masih berfluktuasi dan menurun menjadi 8,27% pada tahun 2024. Angka ini masih di atas target 5% pada tahun 2024 sebagaimana ditetapkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Indonesia.
“Komitmen kuat Indonesia terhadap ketahanan pangan menawarkan momentum yang luar biasa bagi kolaborasi lintas sektor di seluruh sistem agripangan. Selain meningkatkan produksi, memastikan bahwa setiap orang Indonesia memiliki akses rutin terhadap pangan berkualitas tinggi yang cukup untuk menjalani hidup aktif dan sehat juga sama pentingnya,” ujar Rajendra.
Ia menambahkan, penanggulangan ketidakcukupan konsumsi pangan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kapasitas penghasilan masyarakat Indonesia, serta mengurangi kemiskinan secara berkelanjutan, sebagai bagian dari visi Indonesia Emas 2045.
Investasi dan Biaya Tersembunyi
Untuk mentransformasi sistem pangan Indonesia, dibutuhkan investasi sekitar USD 60 hingga USD 245 miliar hingga tahun 2030. Sementara secara global, diperkirakan investasi berkisar antara USD 320 hingga USD 350 miliar per tahun diperlukan untuk transformasi sistem agripangan.
Transformasi ini penting karena sistem agripangan saat ini menimbulkan biaya tersembunyi yang sangat besar. Menurut laporan FAO “The State of Food and Agriculture 2024”, biaya tersembunyi global mencapai USD 12 triliun per tahun, sebagian besar berasal dari pola makan tidak sehat yang terkait dengan penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, dan diabetes.
Di Indonesia, total biaya tersembunyi mencapai USD 319 miliar, dengan rincian USD 225 miliar merupakan risiko pola makan terkait penyakit tidak menular, USD 155 miliar dari biaya lingkungan akibat emisi gas rumah kaca, perubahan tata guna lahan, dan pelepasan nitrogen, serta USD 12 miliar dari biaya sosial tersembunyi akibat kemiskinan pekerja di sektor agripangan dan ketidakcukupan konsumsi pangan.
Rajendra menyatakan, arah kebijakan Indonesia yang berfokus pada ekoregion dan sumber daya lokal dengan mendukung diversifikasi produksi dan konsumsi pangan, termasuk melalui pangan akuatik, telah meletakkan fondasi kuat bagi masa depan ketahanan pangan.
“Bersama-sama, FAO dan mitranya berkomitmen untuk mendukung Indonesia mewujudkan empat yang lebih baik: produksi yang lebih baik, nutrisi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan mata pencaharian yang lebih baik bagi semua,” tegasnya.
Untuk memperingati 80 tahun FAO dan Hari Pangan Sedunia, FAO menyelenggarakan pameran foto di Perpustakaan Jakarta di Cikini. Pameran yang terbuka gratis untuk umum mulai 11 hingga 19 Oktober 2025 ini menampilkan foto-foto dukungan FAO sejak awal kemerdekaan Indonesia, pemulihan Aceh pascatsunami 2004, hingga saat ini.
Indonesia telah menjadi anggota FAO sejak 1948, dan kantor perwakilan FAO di Indonesia resmi berdiri pada 1978. Sejak saat itu, lebih dari 650 proyek dan program telah dilaksanakan bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mendukung transformasi sistem pertanian pangan.