PALU, beritapalu.ID | Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Palu bersama Pemerintah Kota Palu akan menggelar Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami 2025 sebagai bagian dari upaya memperkuat kesiapsiagaan masyarakat di wilayah rawan bencana.
Rencana tersebut disampaikan Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Palu, Sujabar, saat bertemu Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid di ruang kerja wali kota, Selasa (14/10/2025). Pertemuan ini juga membahas penguatan sinergi antara BMKG dan pemkot dalam membangun masyarakat yang tangguh dan sadar bencana.
Selain Sekolah Lapang, BMKG juga mengusulkan hibah sirine tsunami untuk memperkuat sistem peringatan dini di pesisir Teluk Palu—kawasan yang pernah dilanda tsunami pada 28 September 2018.
Sujabar menjelaskan bahwa BMKG telah memasang sejumlah perangkat monitoring di wilayah Kota Palu, termasuk shelter InaTEWS, intensitymeter, tsunami gauge, dan Warning Receiver System New Generation (WRSNG). Masyarakat juga dapat mengakses informasi kebencanaan secara real-time melalui aplikasi mobile BMKG yang menyediakan data meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika (MKKuG).
“Kolaborasi ini sangat penting untuk membangun ketangguhan masyarakat menghadapi potensi gempa dan tsunami,” ujar Sujabar.
Wali Kota Hadianto menyambut baik inisiatif BMKG dan menyampaikan apresiasi atas peran aktif lembaga tersebut dalam mendukung mitigasi bencana di Kota Palu. Ia menekankan bahwa edukasi dan kesiapsiagaan harus menjadi fondasi utama dalam tata kelola kota pasca-bencana.
“Dengan sinergi yang erat, kami berharap masyarakat Palu tidak hanya siap menghadapi bencana, tapi juga memahami risiko dan tindakan pencegahan sejak dini,” kata wali kota.
Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami direncanakan akan melibatkan warga, pelajar, tokoh masyarakat, dan aparat kelurahan di wilayah pesisir. Program ini bertujuan memberikan pemahaman praktis tentang tanda-tanda gempa, evakuasi mandiri, serta penggunaan sistem peringatan dini—sebagai bagian dari strategi membangun “kota tangguh bencana” yang berkelanjutan. (afd/*)