PALU, beritapalu | Di ujung timur Kota Palu, tersembunyi sebuah sekolah dasar yang aksesnya masih terbilang sulit. Setiap hari, 54 siswa SD Inpres 2 Kawatuna harus menyeberangi beberapa sungai untuk menggapai mimpi mereka. Namun, pada Rabu (23/7/2025), suara tawa dan riuh rendah dongeng mengisi ruang kelas di sekolah itu.
PT Citra Palu Minerals (CPM) bersama Banua Pangajari hadir membawa kegembiraan dalam peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025. Bukan sekadar seremonial, melainkan upaya nyata menjangkau anak-anak di wilayah yang kerap terlupakan.
“Anak-anak di sini harus menyeberangi sungai untuk ke sekolah. Tapi semangat mereka luar biasa,” tutur Kepala Sekolah SD Inpres 2 Kawatuna, Lulu Fatma, sambil memandang murid-muridnya yang antusias mengikuti lomba mewarnai.

Sekolah yang terletak di Kecamatan Mantikulore ini memang berada di lokasi yang menantang. Meski secara administratif masuk wilayah Kota Palu, akses menuju sekolah masih terbatas. Beruntung, Pemerintah Kota Palu melalui Dinas Perhubungan telah menyediakan satu unit mobil angkutan untuk antar-jemput siswa.
Pendidikan sebagai Hak Dasar
Superintendent PPM/CSR PT CPM Rahyunita Handayani melihat momentum ini sebagai pengingat pentingnya pemerataan pendidikan. “Bagi kami, anak adalah aset amanah yang harus dijaga. Salah satu hak mereka yang paling fundamental adalah pendidikan,” katanya.
Kolaborasi dengan Banua Pangajari bukan kebetulan. Founder Banua Pangajari Selfiana sengaja memilih SD Inpres 2 Kawatuna karena kondisi geografisnya yang menantang.

“Kegiatan ini bentuk kepedulian kepada anak-anak yang masih kurang dalam akses pendidikan. Mereka berhak mendapat perhatian sama seperti anak-anak di pusat kota,” jelas Selfiana yang akrab disapa Cepy ini.
Program ini bukan hanya tentang dongeng, lomba mewarnai, dan permainan. Di baliknya, ada pesan besar tentang kesetaraan hak anak dan komitmen terhadap pendidikan inklusif.
Rahyunita menjelaskan, kegiatan ini bagian dari program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di wilayah lingkar tambang. “Pendidikan masuk dalam salah satu pilar utama program kami. Kami ingin memastikan semua anak mendapatkan hak yang sama,” tegasnya.

Harapan Berkelanjutan
Senyum sumringah di wajah 54 siswa SD Inpres 2 Kawatuna hari itu bukan hanya karena mendapat hadiah lomba atau mendengar dongeng menarik. Lebih dari itu, mereka merasakan bahwa mereka tidak dilupakan.
Lulu Fatma berharap kegiatan seperti ini dapat berlanjut. “Anak-anak sangat antusias. Mereka merasa dihargai dan diperhatikan. Semoga ini bukan yang terakhir,” harapnya.
Sementara Selfiana menegaskan komitmen Banua Pangajari untuk terus peduli pada pendidikan anak-anak di daerah terpencil. “Ini baru permulaan. Masih banyak anak-anak di tempat sulit dijangkau yang membutuhkan perhatian serupa.”
Di tengah tantangan geografis dan keterbatasan akses, semangat anak-anak SD Inpres 2 Kawatuna tetap menyala. Mereka mengajarkan bahwa mimpi tidak mengenal batas, bahkan ketika harus menyeberangi sungai untuk meraihnya. (bmz)