Kombes Boy Samola Titipkan Sekolah Harapan di Manggalapi
PARIGI MOUTONG, beritapalu | Tanggal 1 Juli 2025 bukan hanya peringatan Hari Bhayangkara ke-79. Di Dusun Manggalapi, hari itu menjadi momen bersejarah. Di tempat yang jauh dari gemerlap kota, Kombes Pol Boyke F.S. Samola, Kepala Operasi Madago Raya, memilih meninggalkan jejak terakhir pengabdiannya di Sulawesi Tengah lewat peletakan batu pertama pembangunan SD dan SMP Satu Atap Terpencil Manggalapi.
Bersama komunitas Bhayangkara Tadulako Offroader (BTOF), rombongan menempuh perjalanan 50 kilometer dengan medan ekstrem, menyeberangi sungai dan jalur bebatuan selama empat jam. Tak ada karpet merah. Yang ada hanyalah semangat kemanusiaan di bawah langit lembah Sausu Salubanga.
“Kelas-kelas masih dari kayu dan hanya ada empat ruangan. Kita ingin anak-anak di sini punya harapan baru lewat sekolah yang layak,” ujar Kombes Boy, matanya menyapu lapangan tempat ia berdiri.
Misi kemanusiaan ini bukan yang pertama dilakukan Kombes Boy di Manggalapi. Sebulan sebelumnya, ia memimpin pemberian makanan bergizi Mandiri bagi murid-murid SDN Terpencil Manggalapi bersama komunitas trail Palu (Patrac). Namun peletakan batu pertama ini berbeda. Ini adalah penutup tugasnya sebagai Kaops Madago Raya, sebelum ia berpindah amanat sebagai Direktur Polairud Polda NTB.
Sebagai pembina BTOF, ia paham medan sulit tak pernah bisa jadi alasan berhenti. Justru di medan yang berat, misi kemanusiaan Polri menemukan maknanya.
“Dirgahayu Polri ke-79. Polri Untuk Masyarakat bukan hanya semboyan, tapi tindakan. Semoga sekolah ini segera rampung,” tuturnya, di hadapan warga dan komunitas yang menyambut penuh haru.
Harapan yang Tumbuh dari Air Mata
Kepala SDN Terpencil Manggalapi, I Made Wesna, tak mampu menahan tangis saat menyampaikan ucapan terima kasih. Baginya, perhatian Polri bukan sekadar kunjungan, melainkan awal perubahan di tengah keterbatasan.
“Saya merasa haru. Terima kasih, Pak Boy. Bukan hanya bangunan, tapi juga makanan bergizi dan fasilitas untuk anak-anak kami,” ujar Wesna sambil menitikkan air mata.
Sekolah satu atap yang mulai dibangun adalah simbol dari tekad Polri untuk hadir di tempat yang tidak terjangkau. Kombes Boy menutup masa tugasnya bukan dengan upacara formal, melainkan dengan tumpukan batu yang kelak menjadi ruang belajar, dan barisan anak-anak yang akan menggenggam mimpi lebih tinggi dari bukit-bukit Manggalapi. (bmz/*)