JAKARTA, beriutapalu.ID | Kemenpora bersama Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menyelenggarakan Farmers’ Regeneration Summit di Jakarta sebagai puncak program Petani Keren, inisiatif pemberdayaan kapasitas pemuda dalam sistem pertanian inovatif dan kewirausahaan.
Summit dibuka dengan peluncuran modul pembelajaran Petani Keren, kurikulum sesuai usia yang mencakup pemetaan keanekaragaman hayati pertanian lokal dan permintaan pasar, pertanian ramah lingkungan dan berteknologi canggih, hingga pengelolaan hasil panen menjadi produk bernilai tambah dan pengembangan agribisnis.
Modul ini telah dilatihkan kepada 100 anak muda berusia 17-35 tahun di seluruh Indonesia, yang banyak di antaranya telah menjadi agripreneur. Selain itu, diluncurkan pula panduan Youth and United Nations Global Alliance tentang pertanian untuk anak berusia 7-17 tahun yang diadaptasi ke bahasa Indonesia dengan dukungan organisasi pemuda World Food Forum Indonesia.
FAO juga menyerahkan risalah kebijakan untuk menginformasikan pengambilan keputusan tentang regenerasi petani kepada Kemenpora, sebagai dukungan terhadap visi Indonesia menuju swasembada pangan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan hampir 80 persen petani Indonesia berusia 40 tahun ke atas, sementara sekitar setengah dari pengangguran adalah anak muda berusia 15-29 tahun. Risalah tersebut mendesak kolaborasi lintas sektor untuk memberi anak muda akses ke modal, lahan, dan penguatan koperasi.
Asisten Deputi Pengembangan Kepemudaan Global Kemenpora, Esa Sukmawijaya, mengatakan regenerasi petani adalah isu lintas generasi dan lintas sektor.
“Kemenpora percaya bahwa keterlibatan anak muda dalam sektor pertanian, peternakan, dan perikanan harus didorong melalui pendekatan kewirausahaan dan kepemimpinan yang inovatif. Hal ini sejalan dengan agenda pembangunan nasional dan upaya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi inklusif,” katanya.
Program Petani Keren juga telah mengembangkan model pertanian cerdas dan semi-intensif serta permakultur di Jakarta dan Lampung sebagai wadah bagi anak muda mempelajari sistem pertanian inovatif yang berkelanjutan.
Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal, mengatakan program ini telah mengubah persepsi peserta tentang citra petani tradisional.
“Kami berharap dapat mempromosikan lebih banyak peluang kerja bagi generasi muda di sektor pertanian. Program Petani Keren memungkinkan mereka membayangkan diri sebagai pengusaha dinamis dalam sektor pertanian modern. Kami berharap upaya ini akan menjangkau lebih banyak anak muda di seluruh negeri,” ujarnya.
Summit yang diselenggarakan dengan dukungan Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI) dan organisasi pemuda Warga Muda menghadirkan dialog kebijakan yang menyoroti urgensi kolaborasi lintas sektor. Pembicara terdiri dari pemangku kebijakan di kementerian dan anggota parlemen hingga perwakilan masyarakat dan sektor swasta.
Managing Director ICCI, Anis Saadah, menegaskan koperasi dan lembaga ekonomi merupakan tulang punggung regenerasi petani.
“Penguatan koperasi dapat menjadi instrumen strategis untuk memastikan keberlanjutan usaha pertanian dan daya tawar petani muda dalam sistem agripangan,” tegasnya.
Inisiatif Petani Keren dimulai pada 2024 di bawah modalitas Program Kerja Sama Teknis (Technical Cooperation Programme/TCP) FAO dengan dukungan pemerintah, Kwartis Nasional Gerakan Pramuka, dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Inisiatif ini pertama kali diangkat delegasi Indonesia pada World Food Forum 2023 di Roma, Italia.
pojokPALU
pojokSIGI
pojokPOSO
pojokDONGGALA
pojokSULTENG
bisnisSULTENG
bmzIMAGES
rindang.ID
Akurat dan Terpecaya