PALU, beritapalu.ID | Transaksi QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan signifikan mencapai 101,86 persen hingga Agustus 2025, dengan total 20,8 juta transaksi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah Irfan Sukarna mengatakan, pertumbuhan ini menunjukkan transformasi digital di sektor keuangan dan sistem pembayaran terus mengalami akselerasi pesat di wilayah Sulawesi Tengah.
“Hingga Agustus 2025, transaksi QRIS di Sulawesi Tengah telah mencapai 20,8 juta transaksi atau tumbuh sekitar 101,86 persen,” ujar Irfan dalam pembukaan talkshow bertajuk “Akselerasi Keuangan Digital: Perluasan Ekosistem Digital Sistem Pembayaran di Kawasan Timur Indonesia” di Palu, Kamis (16/10/2025).
Irfan menjelaskan, dari sisi nominal, transaksi QRIS mencapai Rp2,5 triliun dengan pertumbuhan 94,95 persen. Jumlah pengguna QRIS di Sulteng juga meningkat menjadi 352.000 pengguna atau tumbuh 15,7 persen.
“Perkembangan ini tidak hanya memberikan kemudahan, kecepatan dan keamanan, tetapi juga mendorong inklusi keuangan yang lebih luas di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Sulawesi Tengah maupun di wilayah Timur Indonesia,” katanya.
Irfan menegaskan, sistem pembayaran merupakan elemen vital dalam perekonomian karena semua transaksi ekonomi membutuhkan mekanisme pembayaran. “Kami memandang sistem pembayaran seperti darahnya ekonomi, karena semua transaksi pasti membutuhkan pembayaran,” ujarnya.
Meskipun mencatatkan pertumbuhan tinggi, Irfan mengakui kawasan Timur Indonesia, termasuk Sulawesi Tengah, masih menghadapi berbagai tantangan dalam pengembangan sistem pembayaran digital.
“Kami masih menghadapi berbagai tantangan seperti keterbatasan infrastruktur digital, wilayah yang banyak kepulauan, literasi yang masih rendah, dan kurangnya akses layanan keuangan digital,” jelasnya.
Kondisi tersebut, menurut Irfan, mengakibatkan pemanfaatan sistem pembayaran digital di Sulawesi Tengah dan wilayah Timur Indonesia masih belum optimal dan belum merata jika dibandingkan dengan wilayah seperti Jawa maupun Sumatera.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Irfan menekankan perlunya sinergi dan kolaborasi antara berbagai pihak. “Kita perlu beroperasi bersinergi dengan pemerintah, perbankan, dan pelaku usaha untuk memperluas ekosistem digital sistem pembayaran yang dapat menjangkau masyarakat luas dan mendukung percepatan pembangunan ekonomi,” katanya.
Irfan menjelaskan, talkshow yang diselenggarakan bertujuan untuk menyampaikan dan menjelaskan berbagai perkembangan di otoritas dan lembaga terkait, termasuk akses keuangan digital yang penting bagi perkembangan transaksi ekonomi dan keuangan.
“Kami juga ingin mengidentifikasi berbagai tantangan yang dihadapi dalam penerapan sistem pembayaran digital di Palu dan Sulawesi Tengah,” ujarnya.
Irfan berharap, kegiatan ini dapat menjadi wadah silaturahmi dan komunikasi antara berbagai pihak untuk membangun ekosistem sistem keuangan digital yang lebih kuat.
“Semoga kegiatan ini menjadi awal dari kolaborasi yang lebih erat antar berbagai pemangku kepentingan dalam rangka mempercepat inklusi ekonomi keuangan melalui percepatan digitalisasi keuangan, khususnya sistem pembayaran,” pungkasnya.
Talkshow ini menghadirkan narasumber dari berbagai lembaga, termasuk otoritas keuangan, perbankan, dan pelaku usaha untuk membahas strategi perluasan ekosistem digital sistem pembayaran di kawasan Timur Indonesia. Kegiatan itu juga meruapakan rangkaian dari kegiatan Karya Kreatif Sulawesi Tengah (KKST) 2025 yang berlangsung hingga 19 Oktober 2025. (bmz)