beritapalu.id
Monday, 8 Dec 2025
🌐 Network
pojokPALU pojokPALU pojokSIGI pojokSIGI pojokPOSO pojokPOSO pojokDONGGALA pojokDONGGALA pojokSULTENG pojokSULTENG bisnisSULTENG bisnisSULTENG bmzIMAGES bmzIMAGES rindang.ID rindang.ID
Subscribe
beritapalu.ID
  • HOME
  • HEADLINE
  • PALU
  • SULTENG
    • Sigi
    • Poso
    • Buol
    • Tolitoli
    • Banggai
    • Morowali
    • Donggala
    • Tojo Unauna
    • Banggai Laut
    • Morowali Utara
    • Parigi Moutong
    • Banggai Kepualuan
  • BISNIS
  • POLITIK
  • LINGKUNGAN
  • OLAHRAGA
  • INSPIRASI
  • 🌐
  • Hukum-Kriminal
  • Seni-Budaya
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Religi
  • Style
  • Region
  • Militer
  • Opini
  • Travel
  • Visual
  • Komunitas
📂 Lainnya ▼
Indeks Feature Advertorial Liputan Khusus
beritapalu.IDberitapalu.ID
Search
  • HOME
  • HEADLINE
  • PALU
  • SULTENG
    • Sigi
    • Poso
    • Buol
    • Tolitoli
    • Banggai
    • Morowali
    • Donggala
    • Tojo Unauna
    • Banggai Laut
    • Morowali Utara
    • Parigi Moutong
    • Banggai Kepualuan
  • BISNIS
  • POLITIK
  • LINGKUNGAN
  • OLAHRAGA
  • INSPIRASI
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
KomunitasPaluSeni Budaya

Taman Budaya Palu: Ketika Seniman Berteriak di Atas Puing

Published: 27 September, 2025
Share
Sejumlah seniman membentangkan spanduk di depan gedung pertunjukan yang rusak di kawaan Taman Budaya Palu, Sabtu (27/9/2025). (© bmzIMAGES/basri marzuki)
Sejumlah seniman membentangkan spanduk di depan gedung pertunjukan yang rusak di kawaan Taman Budaya Palu, Sabtu (27/9/2025). (© bmzIMAGES/basri marzuki)
SHARE

PALU, beritapalu.ID | Hujan gerimis baru saja membasahi Jalan Abdul Raqi, Palu Barat. Di tengah reruntuhan yang masih tersisa, puluhan seniman berkumpul dengan spanduk-spanduk yang mencolok mata. “Gedung ini dijual tanpa perantara,” bunyi salah satu spanduk yang dibentangkan di depan gedung pertunjukan dua lantai yang masih berdiri kokoh meski kondisinya rusak parah. Spanduk lain bertulisan lebih sinis: “Dijual Cepat Tanpa Ta Colo” dan “Kawasan ini akan dibangun Rumah Impian Seniman Budayawan, Silakan Kapling.”

Sabtu sore, 27 September 2025—tujuh tahun setelah tsunami menerjang Palu—puluhan seniman berkumpul di sisa-sisa Taman Budaya Sulawesi Tengah. Mereka tidak datang untuk bernostalgia, melainkan untuk memprotes. Protes terhadap pemerintah yang dianggap mengabaikan nasib ruang seni yang dulu menjadi jantung kebudayaan di kota ini.

“Sekecil apapun tetap rumah kami Taman Budaya,” tulis spanduk lain yang dipasang dengan penuh emosi. Kalimat sederhana itu merangkum kerinduan mendalam para seniman terhadap ruang yang telah hilang selama bertahun-tahun.

Jejak yang Tersapu Tsunami

Taman Budaya Palu dulunya membentang hampir lima hektare di pesisir Teluk Palu. Lokasinya strategis, tepat di tepi laut yang memberikan panorama indah bagi setiap pertunjukan dan pameran seni. Namun posisi inilah yang kemudian menjadi malapetaka ketika gelombang tsunami setinggi 4-7 meter menyapu kawasan ini pada 28 September 2018.

Dalam hitungan menit, panggung yang sering menjadi saksi festival musik, galeri seni yang memamerkan karya seniman lokal, dan berbagai ruang pertunjukan hancur lebur. Yang tersisa hanya gedung pertunjukan dua lantai yang kini berdiri seperti saksi bisu kehancuran, dengan dinding retak dan lantai yang ambruk di beberapa bagian.

“Hampir seluruh bangunan ambruk, kecuali gedung pertunjukan yang masih berdiri meski kondisinya berantakan,” kenang salah seorang seniman yang menyaksikan langsung kehancuran itu. Kawasan yang dulu ramai dengan aktivitas seni kini menyusut menjadi sekitar dua hektare, sebagian lahannya bahkan sudah beralih fungsi.

Antara Zona Merah dan Hak Berkesenian

Ketua Dewan Kesenian Sulawesi Tengah (DKST) Hapri Ika Poigi yang hadir dalam aksi protes itu mengaku tidak mengerti mengapa Taman Budaya tidak dibangun kembali pascabencana. Kebingungan serupa dirasakan Emhan Saja, salah seorang seniman yang mempertanyakan inkonsistensi pemerintah.

“Kalau disebut karena berada di zona merah, lalu kenapa UIN Datokarama di sebelah tetap bisa dibangun?” tanya Emhan dengan nada kecewa. Pertanyaan ini menyentuh inti permasalahan: standar ganda dalam penerapan zonasi risiko bencana.

Secara teknis, lokasi Taman Budaya memang berada di zona merah tsunami berdasarkan kajian BNPB dan Peta Rawan Bencana Kota Palu. RTRW Kota Palu 2010-2030 menetapkan kawasan ini sebagai zona terbatas untuk pembangunan permanen. Pejabat Dinas PUPR pernah menyatakan, “Kami tidak bisa membangun kembali di zona yang secara teknis tidak aman.”

Namun, alasan teknis ini tidak menjawab pertanyaan fundamental para seniman: mengapa prioritas rehabilitasi tidak pernah memasukkan ruang budaya dalam skema pemulihan? Pemerintah memang memprioritaskan infrastruktur vital seperti Jembatan Palu IV, jalan nasional, huntap, dan fasilitas pendidikan. Bantuan donor internasional seperti JICA pun difokuskan pada infrastruktur transportasi dan mitigasi bencana.

Kondisi salahsatu bangunan yangs udah rata dengan tanah di kawaan Taman Budaya Palu, Sabtu (27/9/2025). (© bmzIMAGES/basri marzuki)
Kondisi salahsatu bangunan yangs udah rata dengan tanah di kawaan Taman Budaya Palu, Sabtu (27/9/2025). (© bmzIMAGES/basri marzuki)

Seniman yang Luntang-Lantung

Adi Tangkilisan, seniman lain yang ikut dalam aksi protes, menggambarkan dampak hilangnya Taman Budaya dengan sangat personal. “Ketiadaan Taman Budaya membuat sebagian seniman tidak punya tempat untuk mengekpresikan diri dan bakatnya. Pascabencana, seniman di daerah ini luntang lantung mencari ruang untuk menyatakan keberadaannya.”

Kata “luntang lantung” yang digunakan Adi merefleksikan kondisi eksistensial para seniman Palu. Mereka tidak hanya kehilangan gedung, tetapi kehilangan identitas kolektif. Festival budaya, pertunjukan musik, dan pameran seni yang dulu rutin digelar kini terpaksa berpindah ke ruang-ruang alternatif seperti kampus, kafe, dan taman kota—ruang-ruang yang tidak memiliki karakter khusus untuk seni.

“Ini sangat serius. Seniman juga warga negara, rakyat Indonesia yang punya hak-hak juga, sama seperti warga negara lainnya,” ucap seorang seniman dengan geram. Kemarahan ini bukan sekadar soal bangunan, tetapi soal pengakuan terhadap eksistensi dan kontribusi seniman dalam masyarakat.

Tenda Diskusi dan Suara yang Tidak Padam

Tidak puas dengan membentangkan spanduk, puluhan seniman mendirikan tenda dan menggelar diskusi kecil. Mereka berbagi cerita, merencanakan aksi lanjutan, dan yang paling penting, mempertahankan semangat berkesenian meski tanpa panggung permanen.

“Sepertinya hanya Taman Budaya ini yang tidak dibangun kembali, sementara fasilitas publiknya sudah berdiri megah sejak bencana lalu,” timpal seorang seniman. Frustrasi itu memuncak ketika salah seorang di antara mereka berteriak, “Bullshit!”—ekspresi kekecewaan yang melampaui kesantunan berbahasa.

Namun di balik kemarahan itu, ada tekad yang tidak padam. Seperti yang pernah diucapkan seorang seniman Palu dalam diskusi komunitas tahun 2020: “Kami kehilangan panggung, tapi tidak kehilangan suara.”

Ruang Simbolik yang Belum Pulih

Taman Budaya Palu bukan sekadar bangunan yang hilang. Ia adalah ruang simbolik yang menyimpan jejak seni, komunitas, dan kebersamaan. Ketidakhadirannya pascabencana mencerminkan tantangan pemulihan yang tidak hanya fisik, tetapi juga kultural.

Beberapa komunitas kini mendorong agar Taman Budaya dibangun kembali di lokasi baru yang lebih aman, misalnya di zona hijau Palu Barat atau Palu Selatan. Usulan ini belum masuk dalam RPJMD 2025-2029, tetapi bisa menjadi bagian dari agenda pemulihan sosial dan budaya jangka panjang.

Aksi protes di sore yang mendung itu menjadi pengingat bahwa resiliensi sebuah kota tidak hanya diukur dari infrastruktur fisik yang pulih, tetapi juga dari kemampuannya memberikan ruang bagi jiwa dan kreativitas warganya. Jika Palu ingin menjadi kota yang benar-benar pulih, maka pemulihan ruang budaya harus menjadi bagian integral dari narasi besar itu.

Sore beranjak remang ketika para seniman itu mulai merecoki dengan diri dengan gorengan plus tahu campur tempe, tetapi spanduk-spanduk protes tetap terpasang. Seperti janji bahwa suara mereka akan terus bergema, menunggu jawaban dari pemerintah yang selama ini tak terdengar. (bmz)

Editor: beritapalu

TAGGED:aksi protesbudayawanpascabencanasenimantaman budaya
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp LinkedIn Email Copy Link
Previous Article Wali KOta Palu Hadianto Rasyid berswafoto bersama para PPPK yang baru dikukuhkan usai upacara peringatan HUT ke-47 Kota Palu, Sabtu (27/9/2025). (© Prokopim Setda Kota Palu/Jufri) 3.000-an Pegawai Pemkot Palu Resmi Dikukuhkan Sebagai PPPK
Next Article Kaops Madago Raya Kombes Pol Heni Agus Sunandar pada penyaluran bansos pertanian kepada eks simpatisan di Sigi, Sabtu (27/9/2025). (© Humas Ops Madago Raya) Satgas Madago Raya Salurkan Bansos untuk Eks Simpatisan Radikalisme di Sigi

Berita Terbaru

Ilustrasi
Uncategorized

Dinilai Tidak Transparan, AJI Tolak Anugerah Dewan Pers 2025

7 December, 2025
Wawali Palu Imelda Lilianan Muhidin (tengah jongkok) pada peluncuran Jamila di Palu, Minggu (7/12/2025). (©Prokopim Setda Kota Palu)
Bisnis

Pemkot Palu Luncurkan Program Jamila, Jual Cabai dan Tomat Murah

7 December, 2025
Operasi pencarian nelayan yang dilaporkan hilang di perairan Morowali, Minggu (7/12/2025). (©Basarnas Palu)
Morowali

Seorang Nelayan Dilaporkan Hilang di Perairan Morowali

7 December, 2025
Penyerahan bantuan kemanusiaan dari Pemkot Palu ke Pemkot Padang Pariaman di Padang, Jumat (5/12/2025). (©Prokopim Setda Kota Palu/Fandi)
Nusantara

Pemkot Palu Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Padang Pariaman

7 December, 2025
Sejumlah pemain memainkan teater berjudul 'Kapten Cuma Mau Pulang' yang disutradaria Annisa Saskia Putri pada Festival Teater Indonesia di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/12/2025). (©bmzIMAGES/Basri Marzuki)
Palu

FTI 2025 Digelar di Palu, Hadirkan Kelompok Teater dari Berbagai Daerah

7 December, 2025

Berita Populer

Foto

10 Pemuda Cetuskan Kawasan Wisata Alam Buntiede di Desa Padende

25 October, 2021

Pelaku Pembunuhan di Taman Ria Akhirnya Ditangkap Polisi

28 July, 2021
Komunitas

Tak Ada Perempuan, Sikola Mombine “Gugat” SK Penetapan Anggota KPID Sulteng

10 January, 2022
Morowali Utara

Perahu Terbalik Dibawa Arus, Seorang Warga masih Dicari

14 December, 2021
Parigi Moutong

Banjir di Sidoan Barat Seret Seorang Warga

3 January, 2022

Logo BeritaPalu.id Akurat dan Terpecaya

Komitmen kami terhadap akurasi, netralitas, keberimbangan, dan penyampaian berita terkini telah membangun kepercayaan dari banyak audiens. Terdepan dengan pembaruan terkini tentang peristiwa, tren, dan dinamika terbaru.
FacebookLike
XFollow
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TelegramFollow
WhatsAppFollow
LinkedInFollow
MediumFollow
QuoraFollow
- Advertisement -
bmzimages.combmzimages.com

Dapatkan Info Terbaru

Masukkan email Anda untuk mendapatkan pemberitahuan artikel baru

Berita Terkait

Sekretaris Daerah Kota Palu Irmayanti (tengah) bersama Direktur Festival Tetaer Indonesia Pradetyo Novitri (kiri) dan Sutradara Lentera Silolangi Annisa Saskia Putri (kanan) memukul gimba menandai pembukaan Festival teater Indonesia di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/12/2025). (©bmzIMAGES/Basri Marzuki)
Palu

Sekot Palu Buka Festival Teater Indonesia, Ajang Pertemuan Seniman Nasional

beritapalu
Ciptasari Prabawanti, Direktur Yayasan Siklus Sehat Indonesia; Perwakilan UN Women Indonesia sekaligus Liaison untuk ASEAN, Ulziisuren Jamsran; Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Veronica Tan; serta Kepala Perwakilan UNFPA di Indonesia, Hassan Mohtashami, pada UNiTE 2025 Film Screening and Discussion dalam rangka 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan. (©UN Woman/Putra Johan)
Komunitas

UNiTE 2025 Film Screening Serukan Stop Kekerasan Terhadap Perempuan

beritapalu
Atraksi rebana kolosal pada Pesta Kesenian Balaroa di Huntap Balaroa, Jumat (5/12/2025). (©Prokopim Setda Kota Palu/Imron)
Palu

Pesta Kesenian di Huntap Balaroa, Usung Tema “Reme Ri Ngata”

beritapalu
Pemukulan gimba menandai pembukaan Tava Kelo Fest 2025 di Lapangan Vatulemo, Jumat (5/12/2025) malam. (©Prokpim Setda Kota Palu/Jufri)
Palu

Pemkot Palu Gelar Tava Kelo Fest 2025 di Lapangan Vatulemo

beritapalu
beritapalu.ID
Facebook Twitter Youtube Instagram Linkedin

About US

beritapalu.ID adalah situs berita online berbasis di Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. UU No.40/1999 dan Kode Etik Jurnalistik adalah panduan kami. Kecepatan memang penting, tapi akurasi pemberitaan jauh lebih penting. Kami berpihak kepada kebenaran dan kemaslahatan orang banyak dan idak semua berita yang disajikan mewakili pikiran kami. 

Managerial
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontak
  • Karir
Kebijakan
  • Disclaimer
  • Kode Perilaku
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Berita

Kunjungi kami di

https://bmzimages.com

© 2025 by beritapalu.ID

PT Beritapalu Media Independen
All Rights Reserved.

Copyright © 2025 beritapalu.ID | Published by PT Beritapalu Media Independen | All Rights Reserved
Halaman
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?