SIGI, beritapalu.ID | Anggota Komisi II Fraksi Gerindra DRPD Sigi, Fadlin menyebut, bukan hanya balita yang mengalami stunting di Kabupaten Sigi, tapi juga dialami oleh ikan mujair di Danau Lindu. Statement itu dinyatakan Fadlin saat mendengar sambutan pembukaan Bupati Sigi pada Festival Utadada yang digelar di RTH Taman Asmaul Husna, Desa Binangga, Marawola, Sabtu (20/9/2025).
Sebelumnya dalam sambutan pembukaan festival tersebut, Bupati Sigi Mohamad Rizal Intjenae menyebut jika angka prevalensi stunting di wilayah Kabupaten Sigi tahun ini meningkat menjadi 33 persen dari tahun sebelumnya yang hanya 26,4 persen.
Fadlin menyebut, dulu, ikan mujair Danau Lindu adalah yang paling diburu ketika orang-orang berkunjung ke Danau Lindu selain panorama alamnya. Itu karena ikan mujair di wilayah itu bercita rasa khas dan gurihnya berbeda dengan ikan mujair sejenisnya dari wilayah lain.
“Tapi sekarang, ikan mujair Danau Lindu juga terkena stunting, besar di kepala tapi kecil di badan,” imbuhnya.
Menurutnya, itu terjadi karena tidak adanya manajemen perikanan terpadu di destinasi wisata unggulan Sigi tersebut. “Masih ada ikan mujair, tapi kecil-kecil. Saat ini sangat sulit mendapatkannya meski dalam ukuran sebesar empat jari saja. Sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, akhir Juli lalu ketika digelar Festival Danau Lindu 2025, Fadlin mengaku termasuk salah seorang yang sangat sulit mendapatkan ikan mujair yang legend di festival itu. Ia menduga, itu terjadi karena populasinya yang semakin menurun dan tidak terkontrolnya penangkapan.
“Sesuai visi Bupati Sigi yang mengutamakan pertanian dan pariwisata sebagai prioritas pembangunan, maka seharusnya Danau Lindu itu menjadi perhatian. Ini penting karena salah satu jualannya adalah panorama dan keunikan alam termasuk kekhasan ikan mujair itu. Kalau salah satunya tidak mendapat titik berat, akan sulit mencapai visi itu,” jelasnya.
Ia lalu mempertanyakan, “kalau tidak ada lagi ikan mujair di Danau Lindu, maka apa lagi selain panorama dan budayanya yang membuat orang mau datang ke Danau Lindu? Maka ini harus segera dibenahi!” tandasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi II Fraksi PDIP DPRD Sigi, Jalil SP mengidentifikasi tiga tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan Danau Lindu, baik dalam konteksnya sebagai usaha perikanan maupun pariwisata, yaitu hadirnya tumbuhan eceng gondok di Danau Lindu, pembenihan ikan mujair, dan masalah salinitas termasuk kehadiran ikan-ikan predator di danau itu.
Eceng gondok menurut Jalil kini telah merebak luas di danau tektonik tersebut. Nyaris tidak ada lagi sudut-sudut Danau Lindu yang tidak ditumbuhi oleh eceng gondok. Kehadirannya dinilai akan sangat merugikan masyarakat setempat karena dipastikan mempersempit wilayah penangkapan.
“Makanya dibutuhkan cara dan teknologi untuk memberantas eceng gondok ini agar tidak semakin merugikan masyarakat,” jelasnya.
Terhadap masalah eceng gondok ini ia memberi solusi pemanfaatan eceng gondak sebagai pupuk organic. Menurutnya ini sejalan dengan program pemerntah yang akan mencetak sawah baru dengan system organic. “Kenapa itdak eceng gondok itu kita jadikan sebagai pupuk organic, teknologinya juga ada koq,” timpalnya.
Tantangan berikutnya soal maksimalisasi peran Balai benih Ikan (BBI) yang ada di wilayah itu. Ia memonitor bahwa sejak bencana 2018 silam, belum pernah lagi ada instansi atau lembaga yang melakukan penyebaran benih ikan mujair di Danau Lindu sebagaimana sebelumnya.
“Jadi ini salah satu alasan mengapa ikan mujair di Danau Lindu terasa makin kurang. Ya bagaimana tidak, ikannya terus ditangkapi dan bibitnya tidak disebar, lama-lama akan habis, apalagi jika balai benihnya juga tidak membenihkan bibit baru,” tambahnya.
Ia menyebut soal tradisi “ombo” yang masih diberlakukan dan membatasi penangkapan itu termasuk ukuran jaring yang digunakan, namun menurutnya itu tidak menjadi efektif karena diberlakukan di area tertentu saja. Artinya, ombo di satu titik tertentu tidak membatasi titik lainnya untuk tetap dapat ditangkapi.
Belum lagi katanya soal ikan predator yang kini makin merajalela di danau tersebut. “Ini yang menghkhawatirkan karena kalau dibiarkan akan secara alami akan menghabisi ikan-ikan mujair yang ada di danau tersebut,” sebutnya.
Ini mendesak kata Jalil dan pihaknya di DPRD Kabupaten Sigi sangat mendorong dilakukannya langkah-langkah segera dan terpadu untuk mengatasinya sebelum terlambat.
“Kami di DPRD tentu akan mensupport upaya-upaya penanganan tersebut agar ikan mujair di Danau Lindu tidak ikut terkena stunting,” pungkas Jalil. (bmz)