beritapalu.id
Monday, 6 Oct 2025
🌐 Network
pojokPALU pojokPALU pojokSIGI pojokSIGI pojokPOSO pojokPOSO pojokDONGGALA pojokDONGGALA pojokSULTENG pojokSULTENG bisnisSULTENG bisnisSULTENG bmzIMAGES bmzIMAGES rindang.ID rindang.ID
Subscribe
beritapalu.ID
  • HOME
  • HEADLINE
  • PALU
  • SULTENG
    • Sigi
    • Poso
    • Buol
    • Tolitoli
    • Banggai
    • Morowali
    • Donggala
    • Tojo Unauna
    • Banggai Laut
    • Morowali Utara
    • Parigi Moutong
    • Banggai Kepualuan
  • BISNIS
  • POLITIK
  • LINGKUNGAN
  • OLAHRAGA
  • INSPIRASI
  • 🌐
  • Hukum-Kriminal
  • Seni-Budaya
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Religi
  • Style
  • Region
  • Militer
  • Opini
  • Travel
  • Visual
  • Komunitas
📂 Lainnya ▼
Indeks Feature Advertorial Liputan Khusus
beritapalu.IDberitapalu.ID
Search
  • HOME
  • HEADLINE
  • PALU
  • SULTENG
    • Sigi
    • Poso
    • Buol
    • Tolitoli
    • Banggai
    • Morowali
    • Donggala
    • Tojo Unauna
    • Banggai Laut
    • Morowali Utara
    • Parigi Moutong
    • Banggai Kepualuan
  • BISNIS
  • POLITIK
  • LINGKUNGAN
  • OLAHRAGA
  • INSPIRASI
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
BisnisFeatureFotoInspirasiLingkunganNusantara

Emberisasi: Inovasi PT Vale Indonesia Menuju Zero Waste to Landfill

Last updated: 30 September, 2025 10:44 pm
beritapalu
Share
Rina memasukkan sampah organik ke dalam ember di rumahnya di kawasan perumahan karyawan PT Vale Indonesia di Pontada, Sorowako, Luwu Timur, Sulsel, Sabtu (26/7/2025). (© bmzIMAGES/basri marzuki)
Rina memasukkan sampah organik ke dalam ember di rumahnya di kawasan perumahan karyawan PT Vale Indonesia di Pontada, Sorowako, Luwu Timur, Sulsel, Sabtu (26/7/2025). (© bmzIMAGES/basri marzuki)
SHARE

Catatan Transparansi: Penulis mengunjungi lokasi program Emberisasi di kawasan perumahan karyawan PT Vale Indonesia di Pontada, Sorowaka, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan pada 26 Juli 2025 atas undangan PT Vale Indonesia. Meskipun akomodasi dan akses disediakan oleh perusahaan, artikel ini ditulis secara independen berdasarkan observasi lapangan, wawancara dengan petani dan stakeholder terkait, serta verifikasi silang dari berbagai sumber.


SOROWAKO, beritapalu.ID | Sebuah revolusi senyap tengah bergulir di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Jauh dari hiruk pikuk kota metropolitan dengan gunungan sampah yang mengancam, sebuah inisiatif sederhana namun berdampak besar sedang mengubah cara pandang masyarakat terhadap apa yang mereka buang.

Revolusi ini tidak dimulai dengan teknologi canggih bernilai miliaran, melainkan dari sebuah benda yang akrab di setiap dapur: ember. Inilah kisah “Emberisasi”, sebuah program inovatif dari PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) yang berupaya memutus mata rantai sampah dari akarnya, mengubah limbah menjadi berkah, dan merintis jalan menuju ambisi besar: zero waste to landfill.

Setiap tahun, Indonesia menghasilkan puluhan juta ton sampah, dengan sebagian besar berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah organik, yang mendominasi komposisi sampah nasional, menjadi bom waktu ekologis. Ketika ditumpuk di TPA, ia membusuk tanpa oksigen, melepaskan gas metana—gas rumah kaca yang puluhan kali lebih kuat dari karbon dioksida.

TPA menjadi sumber pencemaran tanah, air, dan udara. Namun, di perumahan Pontada, Sorowako, sebuah narasi tandingan sedang ditulis. Di sini, sampah organik tidak lagi dianggap sebagai masalah, melainkan sebagai sumber daya. Melalui program Emberisasi, PT Vale mengajak warganya untuk memulai perubahan dari unit terkecil, yaitu rumah tangga.

Inisiatif ini bukan sekadar program pengelolaan limbah; ia adalah sebuah gerakan sosial, sebuah eksperimen ekologis, dan sebuah model konkret yang berpotensi direplikasi di seluruh nusantara.

Anatomi Ember Perubahan

Pada dasarnya, Emberisasi adalah sebuah sistem pemilahan sampah organik langsung dari sumbernya. Konsepnya sederhana: setiap rumah tangga peserta dibekali sebuah ember khusus untuk menampung sisa makanan, potongan sayur, dan sampah dapur organik lainnya. Sampah ini dipisahkan secara ketat dari sampah anorganik seperti plastik, kertas, atau kaleng sejak dari dapur.

Pendekatan ini secara fundamental berbeda dari sistem pengelolaan sampah konvensional di banyak kota di Indonesia, yang umumnya menganut model “kumpul-angkut-buang”. Dalam model konvensional, semua sampah dicampur aduk, membuatnya sulit dan mahal untuk didaur ulang, dan pada akhirnya hanya memindahkan masalah dari rumah ke TPA.

Prinsip pemilahan di sumber inilah yang menjadi jantung dari Emberisasi. Dengan memastikan sampah organik tidak terkontaminasi oleh material lain, kualitasnya terjaga. Sampah organik yang “bersih” ini menjadi bahan baku emas untuk proses selanjutnya, baik itu pengomposan maupun budidaya maggot.

Lahirnya program ini didasari oleh urgensi yang mendalam. Seperti wilayah lain, Sorowako dihadapkan pada tantangan pengelolaan sampah yang terus meningkat seiring pertumbuhan populasi. TPA memiliki kapasitas terbatas dan dampak lingkungan yang tak bisa diabaikan.

Bagi PT Vale, sebuah perusahaan pertambangan yang telah menempatkan keberlanjutan sebagai inti strateginya, masalah ini menuntut solusi inovatif. Dalam Laporan Keberlanjutan 2023, perusahaan ini telah menegaskan komitmennya untuk mencapai target ambisius zero waste to landfill pada tahun 2050.

Emberisasi bukan sekadar program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang bersifat seremonial; ia adalah langkah strategis dan terukur untuk mencapai target tersebut. Ini adalah manifestasi dari filosofi bahwa tanggung jawab lingkungan dimulai dari halaman sendiri.

“Kami ingin mengubah paradigma,” ujar Leoni Butar Butar – Environment Engineer PT Vale. “Sampah bukanlah sesuatu yang harus disingkirkan, tetapi sesuatu yang harus dikelola dan dimanfaatkan. Perubahan itu harus dimulai dari unit terkecil, dari setiap individu di rumah masing-masing.”

Petugas memilah sampah plastik di kawsan pengolahan sampah rumah tangga PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulsel, Sabtu (26/7/2025). (© bmzIMAGES/basri marzuki)
Petugas memilah sampah plastik di kawsan pengolahan sampah rumah tangga PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulsel, Sabtu (26/7/2025). (© bmzIMAGES/basri marzuki)

Dari Dapur Pontada ke Pabrik Kehidupan

Program Emberisasi resmi diluncurkan sebagai proyek percontohan pada Desember 2024. Lokasi yang dipilih adalah Perumahan Pontada, sebuah komplek hunian karyawan PT Vale di Sorowako. Pemilihan ini strategis: komunitas yang relatif terorganisir dan homogen memudahkan proses sosialisasi, edukasi, dan monitoring awal. Sekitar 100 rumah tangga menjadi pionir dalam gerakan ini.

BACA JUGA:  BNPB: Sudah 96 Bencana Alam Terjadi di Awal 2023

Leoni Butar Butar yang terlibat langsung dalam program ini, memaparkan data awal yang menjanjikan. “Data yang ter-collect itu setiap harinya di rata-rata 100 kilogram per hari dari sekitar 100 rumah yang ada di daerah Pontada ini,” jelasnya pada Media Visit HUT ke-57 PT Vale pada 26 Juli 2025. Angka ini mungkin terdengar kecil, tetapi jika diakumulasi, berarti lebih dari 36 ton sampah organik per tahun dari satu komplek perumahan berhasil diselamatkan dari TPA.

Mekanisme operasionalnya dirancang untuk menjadi bagian dari ritme kehidupan warga. Setelah warga memilah dan memasukkan sampah organik ke dalam ember khusus, mereka akan membawanya ke titik pengumpulan sementara di sudut jalan yang tidak jauh dari rumah. Kemudian, di bawah temaram lampu jalan, sebuah rutinitas baru terbentuk. Setiap malam, petugas dengan kendaraan khusus akan datang secara terjadwal untuk mengosongkan ember-ember tersebut. Proses pengangkutan malam hari dipilih untuk menghindari gangguan lalu lintas dan estetika lingkungan di siang hari.

Perjalanan sampah organik ini tidak berhenti di gerbang perumahan. Dari Pontada, ia memulai sebuah siklus transformasi yang terintegrasi di fasilitas pengelolaan sampah PT Vale.

Tahap 1: Emberisasi di Tingkat Rumah Tangga Ini adalah fase paling krusial. Keberhasilannya bergantung sepenuhnya pada partisipasi dan perubahan perilaku warga. Ashadi Tjahjadi dan istrinya, Rina, adalah salah satu keluarga yang merasakan langsung transformasi ini. Saat ditemui di kediaman mereka yang asri, Ashadi dengan antusias berbagi pengalamannya.

“Ini jadi kebiasaan baru. Awalnya memang agak susah menjadikannya sebagai rutinitas karena harus bolak-balik ke tempat sampah sementara untuk menaruh sampah yang sudah dipilah. Tapi akhirnya jadi biasa sejalan dengan perjalanan waktu,” tuturnya sambil tersenyum. Proses yang tadinya terasa merepotkan kini menjadi sebuah ritme harian yang tak terpisahkan.

Bagi Rina, motivasinya lebih dari sekadar mengikuti program. “Ada dorongan untuk bisa lebih bermanfaat dan berkontribusi bagi kebersihan lingkungan. Sekarang juga ada kebiasaan baru, sering minta tolong ke suami untuk buang sampah ke tempat penampungan sementara,” katanya diiringi tawa kecil.

Interaksi sederhana ini menunjukkan bagaimana program lingkungan dapat menyelinap ke dalam dinamika keluarga, menciptakan momen-momen kolaborasi baru. Kisah mereka adalah cerminan dari dampak sosial program ini: menumbuhkan kesadaran, membentuk kebiasaan, dan memperkuat ikatan komunitas melalui tujuan bersama.

Tahap 2: Segregation Plant, Jantung Pemilahan dari titik-titik pengumpulan di Pontada, 100 kg sampah organik harian ini diangkut menuju Segregation Plant (Pabrik Pemilahan). Fasilitas ini adalah pusat dari seluruh sistem pengelolaan sampah di PT Vale, menangani total 12 hingga 15 ton sampah setiap harinya dari seluruh area operasional dan perumahan. Di sinilah sampah yang datang dari berbagai sumber—termasuk sampah campuran dari area non-Emberisasi—dipilah lebih lanjut secara mekanis dan manual. Namun, sampah organik dari program Emberisasi memiliki keistimewaan: karena sudah terpilah dari sumber dan relatif bersih, ia bisa langsung diarahkan ke tahap pengolahan tanpa memerlukan proses pemisahan yang rumit. Ini secara signifikan meningkatkan efisiensi dan kualitas output.

Tahap 3: Transformasi Menjadi Produk Bernilai Di Segregation Plant, sampah organik dari Emberisasi menempuh dua jalur utama transformasi:

Pengomposan (Composting): Sebagian besar sampah organik diolah menjadi kompos berkualitas tinggi. Muhammad Firdaus Muttaqi, Senior Manager Environment & Reclamation PT Vale, menjelaskan skala operasi ini.

“Sekitar 500 sampai 700 kilogram per hari sampah organik kita buat menjadi kompos,” ungkapnya.

Proses ini mengubah sampah dapur menjadi pupuk organik yang kaya nutrisi, yang kemudian dimanfaatkan kembali untuk program penghijauan dan reklamasi lahan pascatambang perusahaan, serta dibagikan kepada masyarakat untuk kebun mereka. Ini adalah contoh nyata dari ekonomi sirkular, di mana limbah kembali ke alam sebagai sumber kehidupan baru.

BACA JUGA:  Mapala Pawana Untad Aksi Bersih Pantai di Kelurahan Tondo

Budidaya Maggot (Black Soldier Fly Farming): Jalur kedua tidak kalah menarik. Sebagian sampah organik menjadi pakan bagi larva lalat tentara hitam (Black Soldier Fly/BSF). Maggot BSF adalah “mesin” pengurai organik yang luar biasa rakus dan efisien. Mereka mampu mengonsumsi sampah organik dalam jumlah besar dengan sangat cepat, mengubahnya menjadi biomassa yang kaya protein. Setelah maggot-maggot ini tumbuh maksimal, mereka dipanen. “Larva yang tidak lagi produktif biasanya kami koordinasikan dengan para peternak untuk digunakan sebagai pakan ternak, seperti pakan ikan,” tambah Firdaus. Inovasi ini tidak hanya mengatasi masalah sampah, tetapi juga menciptakan sumber pakan alternatif yang bernilai ekonomis bagi peternak ikan lokal, mengurangi ketergantungan mereka pada pakan komersial yang mahal.

Infrastruktur yang mendukung alur ini mencakup area pengomposan dengan teknologi aerasi, fasilitas budidaya maggot yang terkontrol suhu dan kelembapannya, serta armada logistik yang memastikan seluruh proses berjalan lancar dari rumah warga hingga fasilitas pengolahan.

Petugas memberi makan maggot di kawasan budidaya manggot PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulsel, Sabtu (26/7/2025). (© bmzIMAGES/basri marzuki)
Petugas memberi makan maggot di kawasan budidaya manggot PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulsel, Sabtu (26/7/2025). (© bmzIMAGES/basri marzuki)

Menuai Hasil, Menghadapi Tantangan

Meskipun baru berjalan beberapa bulan, dampak program Emberisasi sudah mulai terasa, baik dari sisi lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Secara kuantitatif, program ini berhasil mencegah sekitar 3 ton sampah organik setiap bulan (atau lebih dari 36 ton per tahun) masuk ke TPA hanya dari 100 rumah. Ini berarti pengurangan langsung emisi gas metana, perpanjangan usia TPA, dan produksi kompos yang mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia.

Namun, dampak yang paling fundamental mungkin terjadi di ranah sosial. Emberisasi telah menjadi alat edukasi lingkungan yang sangat efektif. Ia membawa isu pengelolaan sampah yang tadinya abstrak dan jauh (di TPA) menjadi sesuatu yang konkret dan personal (di dapur).

Anak-anak di keluarga Ashadi dan Rina, misalnya, kini ikut belajar membedakan mana sampah sisa makanan dan mana sampah plastik. Kesadaran ini, yang ditanamkan sejak dini, adalah investasi jangka panjang untuk generasi yang lebih peduli lingkungan.

Dari sisi ekonomi, program ini membuka potensi baru. Kompos yang dihasilkan memiliki nilai jual. Maggot yang dibudidayakan menjadi sumber pendapatan baru atau setidaknya penghematan biaya bagi peternak lokal. Di samping itu, operasional program ini, mulai dari pengangkutan hingga pengolahan, turut menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat.

Tentu, perjalanannya tidak mulus tanpa tantangan. Tantangan terbesar, seperti yang diakui oleh Ashadi, adalah perubahan perilaku. Mengubah kebiasaan yang sudah mendarah daging selama bertahun-tahun membutuhkan waktu, kesabaran, dan edukasi berkelanjutan. Partisipasi warga yang konsisten menjadi kunci. Jika ada satu atau dua hari warga lupa memilah, atau saat mereka sedang berlibur, volume sampah yang terkumpul bisa berfluktuasi.

Kontaminasi sampah juga menjadi isu. Terkadang, masih ditemukan sampah anorganik seperti plastik kecil atau baterai yang tidak sengaja masuk ke dalam ember organik. Ini menuntut ketelitian lebih baik dari warga maupun petugas di pabrik pemilahan. Dari sisi operasional, ada biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan ember, kendaraan angkut, bahan bakar, dan upah petugas. Meski demikian, biaya ini dapat dilihat sebagai investasi yang akan memberikan pengembalian berupa manfaat lingkungan dan penghematan biaya pengelolaan TPA di masa depan.

Visi Replikasi dan Skalabilitas Nasional

Keberhasilan proyek percontohan di Pontada hanyalah permulaan. PT Vale telah menyusun peta jalan yang jelas untuk memperluas jangkauan Emberisasi. Target selanjutnya adalah mereplikasi model ini ke seluruh perumahan karyawan, dan yang lebih penting, ke masyarakat umum di desa-desa lingkar tambang.

“Untuk awalnya ini kita lakukan dulu di daerah perumahan karyawan. Nantinya, pelajaran dari sini akan kita adopsi, kita replika juga di daerah masyarakat umumnya,” tegas Leoni Butar Butar, menggarisbawahi visi jangka panjang perusahaan.

BACA JUGA:  Hari Pelanggan Nasional, Telkomsel Berikan Bingkisan ke Pelanggan

Strategi ekspansi ini akan sangat bergantung pada model kemitraan. Kolaborasi yang erat dengan pemerintah daerah (kabupaten dan desa), tokoh masyarakat, serta ketua RT/RW akan menjadi tulang punggung keberhasilan. Pemerintah daerah dapat memberikan dukungan regulasi, sementara tokoh masyarakat dan komunitas dapat menjadi agen perubahan yang menggerakkan partisipasi warga dari bawah. Program ini juga membuka peluang bagi perusahaan lain untuk mengadopsi model serupa sebagai bagian dari program CSR mereka.

Tentu saja, model Emberisasi perlu diadaptasi sesuai konteks. Implementasi di kawasan perkotaan padat penduduk mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda dibandingkan di pedesaan.

Di apartemen vertikal, misalnya, sistem pengumpulan komunal per lantai bisa menjadi solusi. Skala teknologi dan infrastruktur juga harus disesuaikan. Untuk skala lingkungan RT/RW, mungkin bisa dimulai dengan pusat kompos komunal sederhana sebelum membangun fasilitas pengolahan terpusat yang lebih besar.

Petugas menyekop kompos yang telah selesai pembuatannya di kawasan pengelolaan sampah PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulsel, Sabtu (26/7/2025). (© bmzIMAGES/basri marzuki)
Petugas menyekop kompos yang telah selesai pembuatannya di kawasan pengelolaan sampah PT Vale Indonesia di Sorowako, Luwu Timur, Sulsel, Sabtu (26/7/2025). (© bmzIMAGES/basri marzuki)

Keunggulan Tersembunyi dan Relevansi Nasional

Jika dianalisis lebih dalam, kekuatan utama Emberisasi terletak pada beberapa aspek. Pertama, pemilahan optimal dari sumber memastikan kualitas bahan baku organik yang jauh lebih superior dibandingkan sampah yang dipilah di TPA. Ini menghasilkan kompos yang lebih baik dan proses budidaya maggot yang lebih sehat. Kedua, program ini berfungsi sebagai media edukasi langsung dan personal. Setiap warga yang berpartisipasi tidak hanya mendengar tentang pentingnya memilah sampah, tetapi mereka melakukannya setiap hari.

Ketiga, model ini menciptakan sistem terintegrasi yang terukur. Setiap kilogram sampah yang terkumpul dapat dilacak, diolah, dan dihitung dampaknya. Ini memberikan data yang valid untuk evaluasi dan pengembangan program di masa depan.

Relevansi Emberisasi dalam konteks nasional sangatlah tinggi. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2017 telah menargetkan pengurangan sampah sebesar 30% dan penanganan sampah sebesar 70% pada tahun 2025. Program seperti Emberisasi, yang fokus pada pengurangan sampah dari hulu, adalah jawaban konkret untuk mencapai target tersebut.

Ia sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular yang didorong oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pembelajaran dari inisiatif serupa di kota-kota seperti Surabaya yang sukses dengan rumah komposnya, atau Bandung dengan gerakan Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan), menunjukkan bahwa pendekatan berbasis komunitas dan pemilahan di sumber adalah kunci keberhasilan. Model yang dikembangkan di Sorowako ini dapat menjadi cetak biru yang berharga bagi kota-kota dan kabupaten lain di Indonesia yang bergulat dengan masalah sampah.

Dari Ember Sorowako untuk Indonesia

Kisah Emberisasi adalah bukti bahwa solusi untuk masalah lingkungan yang kompleks seringkali dapat dimulai dari tindakan yang paling sederhana. Ia menunjukkan bagaimana sebuah perusahaan dapat melampaui kewajiban dasarnya dan menjadi katalisator perubahan ekologis dan sosial. Dari dapur-dapur di Perumahan Pontada, sebuah gelombang perubahan kecil telah dimulai, menyelamatkan ratusan kilogram sampah setiap hari dari nasib sia-sia di TPA dan mengubahnya menjadi kompos penyubur tanah dan pakan berprotein.

Pencapaian awal ini, meskipun berskala lokal, membawa signifikansi yang jauh lebih besar. Ia adalah sebuah model kerja, sebuah laboratorium sosial yang membuktikan bahwa pendekatan zero waste dari hulu bukan lagi sekadar utopia. Keberhasilan replikasi dan perluasannya di masa depan akan menjadi ujian sesungguhnya, menuntut kolaborasi yang solid antara perusahaan, pemerintah, dan yang terpenting, masyarakat itu sendiri.

Mungkin suatu hari nanti, ketika kita melihat ember di dapur kita, kita tidak lagi melihatnya sebagai tempat untuk sampah, melainkan sebagai titik awal dari sebuah siklus kehidupan baru. Itulah visi jangka panjang yang dititipkan oleh setiap ember di Sorowako: sebuah masa depan di mana tidak ada lagi sampah yang terbuang, hanya sumber daya yang menunggu untuk dimanfaatkan, demi sebuah Indonesia yang lebih bersih dan berkelanjutan. (basri marzuki)

TAGGED:emberisasiland filllingkunganpengolahan sampahpontadapt vale indonesiasampahsorowako
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp LinkedIn Email Copy Link
Previous Article Ilustrasi (Animasi AI) Beban Sri Mulyani
Next Article Wamen UMKM Helvi Moraza bersama Wali Kota Palu Hadianto Rasyid di Jakarta. (©KemenUMKM) Wali Kota Palu Paparkan Pemanfaatan Elevated Road ke Wamen UMKM

Berita Terbaru

Wali Kota Hadianto pada syukuran bersama warga Kelurahan Tondo di ruang terbuka setempat, Minggu (5/10/2025). (© Prokopim Setda Kota Palu/Jufri)
Palu

Wali Kota Tegaskan Komitmen Penyelesaian Lahan Eks HGB di Tondo

5 October, 2025
Wali Kota Hadianto Rasyid bersama Wakil Wali Kota Imleda dan Sekkot Irmayanti berdialog dengan perwakilan peemerintah Jepang tentang kerjasama Biogas di Palu, Juamt (3/10/2025). (© Prokopim Setda Kota Palu/Jufri)
Bisnis

Pemkot Palu Jalin Kerja Sama dengan Jepang untuk Proyek Biogas

5 October, 2025
Wawali Imelda Liliana MUhidin pad apembukaan Dialog Pemabruan Kebangsanaan di Aula Kesbangpol Kota Palu, Sabtu (4/10/2025). (© Prokopim Setda Kota Palu/Jufri)
Palu

Wawali Palu Sampaikan Pentingnya Filter Informasi pada Dialog Kebangsaan

5 October, 2025
Plt. Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Palu, Rahmad Mustafa memukul gong menandai pelaksanaan Konfercab ke-3 WKRI Cabang Palu Santa Maria di Aula Gereja Santa Maria Palu, Sabtu (4/10/2025). (© Prokopim Setda Kota Palu/Imron)
Komunitas

WKRI Santa Maria Palu Gelar Konferensi Cabang ke-3

5 October, 2025
Tim SAR gabungan mengevakuasi jenazah nelayan yang dilaporkan hilang dan ditemukan meninggal dunia di perairan Desa Dodung, Banggai Laut, Minggu (5/10/2025). (© Basarnas Palu)
Banggai Laut

Nelayan Hilang di Banggai Laut Ditemukan Meninggal Dunia

5 October, 2025

Berita Populer

Foto

10 Pemuda Cetuskan Kawasan Wisata Alam Buntiede di Desa Padende

25 October, 2021

Pelaku Pembunuhan di Taman Ria Akhirnya Ditangkap Polisi

28 July, 2021
Komunitas

Tak Ada Perempuan, Sikola Mombine “Gugat” SK Penetapan Anggota KPID Sulteng

10 January, 2022
Morowali Utara

Perahu Terbalik Dibawa Arus, Seorang Warga masih Dicari

14 December, 2021
Parigi Moutong

Banjir di Sidoan Barat Seret Seorang Warga

3 January, 2022

Logo BeritaPalu.id Akurat dan Terpecaya

Komitmen kami terhadap akurasi, netralitas, keberimbangan, dan penyampaian berita terkini telah membangun kepercayaan dari banyak audiens. Terdepan dengan pembaruan terkini tentang peristiwa, tren, dan dinamika terbaru.
FacebookLike
XFollow
InstagramFollow
YoutubeSubscribe
TelegramFollow
WhatsAppFollow
LinkedInFollow
MediumFollow
QuoraFollow
- Advertisement -
bmzimages.combmzimages.com

Dapatkan Info Terbaru

Masukkan email Anda untuk mendapatkan pemberitahuan artikel baru

Berita Terkait

Ilustrasi kesenjangan digital. (©AI)
Bisnis

Sulawesi Tengah Hadapi Tantangan Berat Transformasi Digital

beritapalu
Pemberian apresiasi kepada responden oleh BI SUlteng dalam kegiatan Temu Responden di Palu, Jumat (3/10/2025). (©Irwan)
Bisnis

Bank Indonesia Sulteng Apresiasi Kontribusi Responden Survei Ekonomi

beritapalu
Seorang mahasiswi mengukitu Aksi Kamisan ke 71 di depan Kampus Untad Palu, Kamis (2/10/2025). (© bmzIMAGES/basri marzuki)
Foto

Aksi Kamisan ke-71: Tolak Pembungkaman

beritapalu
Pangdam XXIII/Palaka Wira Mayjen TNI Jonathan Binsar Parluhutan Sianipar pada persemian program manunggal Air kerjasama denganPt Vale di Morowali, Rabu (1/10/2025). (© Pt Vale Indoensia)
Bisnis

Kunjungi PT Vale, Pangdam XXIII/Palaka Wira Resmikan Program Manunggal Air

beritapalu
beritapalu.ID
Facebook Twitter Youtube Instagram Linkedin

About US

beritapalu.ID adalah situs berita online berbasis di Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Berlandaskan prinsip-prinsip jurnalisme dan memegang teguh kode etik jurnalistik. Kecepatan memang penting, tapi akurasi pemberitaan jauh lebih penting. Kami berpihak kepada kebenaran dan kemaslahatan orang banyak, kami juga punya persepsi sendiri untuk menerjemahkannya. Tidak semua berita yang disajikan mewakili pikiran kami. 

Managerial
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontak
  • Karir
Kebijakan
  • Disclaimer
  • Kode Perilaku
  • Privacy Policy
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Berita

Kunjungi kami di

https://bmzimages.com

© 2025 by beritapalu.ID

PT Beritapalu Media Independen
All Rights Reserved.

Copyright © 2025 beritapalu.ID | Published by PT Beritapalu Media Independen | All Rights Reserved
Halaman
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?