NEW YORK, beritapalu | Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis laporan mengejutkan tentang kemajuan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) yang menunjukkan pencapaian signifikan namun masih jauh dari target 2030.
Dari laporan tahunan “The Sustainable Development Goals Report 2025” memberikan evaluasi komprehensif terhadap kemajuan SDG selama satu dekade terakhir. Laporan ini mengungkapkan bahwa meskipun jutaan kehidupan telah membaik melalui berbagai program pembangunan berkelanjutan, laju perubahan masih belum memadai untuk mencapai semua target pada tahun 2030.
Data terbaru menunjukkan realitas yang mengkhawatirkan: hanya 35 persen target SDG yang berada di jalur yang tepat atau mengalami kemajuan sedang, sementara hampir separuh target bergerak terlalu lambat, dan 18 persen justru mengalami kemunduran.
Laporan ini dirilis oleh PBB dengan pernyataan tegas dari Sekretaris Jenderal António Guterres yang menyatakan, “Kita sedang menghadapi keadaan darurat pembangunan. Tetapi laporan ini bukan sekadar gambaran hari ini. Ini adalah kompas yang menunjukkan arah kemajuan.”
Guterres menekankan bahwa SDG masih dapat dicapai, namun memerlukan tindakan segera, bersama-sama, dan dengan tekad kuat dari seluruh pemerintah dan mitra pembangunan di dunia.
Evaluasi ini mencakup periode satu dekade setelah diadopsinya Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2015. Dengan hanya tersisa lima tahun menuju deadline 2030, laporan ini menjadi peringatan krusial tentang urgensi percepatan implementasi SDG.
Dampak kemajuan dan tantangan SDG dirasakan secara global, namun dengan intensitas berbeda antarregion. Negara-negara berpendapatan rendah dan menengah menghadapi tantangan terberat, terutama dalam hal krisis utang yang mencapai $1,4 triliun pada tahun 2023 – tertinggi dalam sejarah.
Berbagai faktor sistemik menghambat pencapaian SDG, termasuk perubahan iklim yang menjadikan tahun 2024 sebagai tahun terpanas dalam sejarah dengan suhu 1,55°C di atas tingkat pra-industri. Konflik global menyebabkan hampir 50.000 kematian pada 2024, sementara lebih dari 120 juta orang terpaksa mengungsi pada akhir tahun tersebut.
Kondisi ini diperparah oleh fakta bahwa lebih dari 800 juta orang masih hidup dalam kemiskinan ekstrem, dan miliaran orang masih belum memiliki akses ke air minum yang aman, sanitasi, dan layanan kebersihan.
Meskipun menghadapi tantangan besar, kerja sama internasional dan investasi berkelanjutan telah menjadi kunci keberhasilan beberapa program SDG selama lima tahun terakhir.
Laporan mencatat berbagai kemajuan global yang menggembirakan. Dalam bidang kesehatan, infeksi HIV baru menurun hampir 40 persen sejak 2010, sementara pencegahan malaria telah mencegah 2,2 miliar kasus dan menyelamatkan 12,7 juta jiwa sejak tahun 2000.
Sektor pendidikan menunjukkan kemajuan dengan 110 juta anak dan remaja tambahan yang telah bersekolah sejak 2015. Pernikahan anak mengalami penurunan, semakin banyak anak perempuan yang tetap bersekolah, dan perempuan mendapatkan tempat di parlemen di seluruh dunia.
Akses energi mencapai tonggak penting dengan 92 persen populasi dunia memiliki akses ke listrik pada tahun 2023. Transformasi digital juga menunjukkan kemajuan pesat dengan penggunaan internet meningkat dari 40 persen pada 2015 menjadi 68 persen pada 2024, membuka akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi sipil.
Perlindungan sosial kini menjangkau lebih dari setengah populasi dunia, meningkat secara signifikan dari satu dekade lalu. Upaya konservasi telah menggandakan perlindungan ekosistem kunci, berkontribusi pada ketahanan keanekaragaman hayati global.
Untuk mengatasi tantangan yang ada, laporan menyerukan tindakan di enam area prioritas yang dapat memberikan dampak transformatif: sistem pangan, akses energi, transformasi digital, pendidikan, pekerjaan dan perlindungan sosial, serta aksi iklim dan keanekaragaman hayati.
Laporan ini juga mendorong pemerintah dan mitra untuk mengimplementasikan Medellín Framework for Action, sebuah peta jalan yang diadopsi pada UN World Data Forum 2024, guna memperkuat sistem data yang penting untuk kebijakan yang responsif. (afd/*)